ITB-Bukalapak Luncurkan Laboratorium Riset Kecerdasan Buatan

Bandung - Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Bukalapak meluncurkan "Bukalapak-ITB Artificial Intelligence (AI) & Cloud Computing Innovation Center", sebuah laboratorium riset untuk mahasiswa, dosen, dan peneliti Indonesia dalam mengembangkan AI (kecerdasan buatan).

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir secara langsung meresmikan laboratorium riset tersebut di Aula Barat ITB, Kampus ITB, Jalan Ganesha, Kota Bandung, Jumat (1/2/2019). Hadir pula di antaranya Rektor ITB Kadarsah Suryadi dan CEO sekaligus founder Bukalapak Achmad Zaky.

Peresmian itu ditandai dengan penandatanganan kerja sama oleh masing-masing pihak. ITB bersama Bukalapak berkomitmen untuk mendekatkan dunia industri dengan perguruan tinggi terutama dalam pengembangan inovasi ke depan.

Rektor ITB Kadarsah Suryadi sangat menyambut baik peluncuran laboratorium riset AI di ITB demi mendukung pengembangan riset dan menjawab berbagai tantangan di era digital.

"Hari ini bersejarah, karena kita akan membahas peluncuran artificial intelegence (kecerdasan buatan)," kata dia, dalam sambutannya.

Dia juga mengungkap adanya tren baru khususnya di bidang ekonomi digital. Pertama, demokratisasi akses sehingga semua orang bisa mengakses berbagai informasi. Kemudian teknologi digital untuk jasa dan manucaftur.

"Semakin diperlukan integrasi dunia industri dengan perguruan tinggi. Dari situ terjadi lapangan kerja baru. Untuk itu hari ini komitmen untuk mendekatkan dunia industri perguruan tinggi," katanya.

Sementara itu, Achmad Zaky dari Bukalapak menyatakan salah satu tujuan dari laboratorium riset AI itu adalah buat pemberdayaan talenta digita di Indonesia.

"Tantangan bagi kami saat ini adalah bagaimana mencari talenta teknologi di bidang AI yang dapat berkontribusi untuk Indonesia. Bukalapak berkerja sama dengan ITB membangun sebuah laboratorium riset AI pertama di Indonesia yang bisa memberdayakan talenta lokal untuk mengembangkan kapasitasnya di tanah air," ucapnya.

Dia juga menyebut, AI menjadi teknologi yang berkaitan erat dengan revolusi industri 4.0. Bukalapak bersama ITB memiliki perhatian yang sangat tinggi terhadap kemajuan industri 4.0, karena AI memiliki peran cukup signifikan untuk perkembangan industri dan kegiatan operasional perusahaan di masa mendatang.

Berbagai fasilitas disiapkan oleh Bukalapak di dalam laboratorium riset tersebut, seperti server dan big data. Pakar-pakar dari Bukalapak juga akan ikut berbagi ilmu dengan para mahasiswa.

"Kami sediakan tempat, hibahkan data sehingga mahasiswa bisa riset langsung. Ada server, intinya jadi fasilitas ini bisa dipakai untuk riset sehingga lebih kaya dan talenta kita (dari Bukalapak) transfer knowledge," ucapnya.

Dia juga berharap hadirnya laboratorium riset AI di ITB ini bisa meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia yang memahami teknologi AI, mengingat hal itu belum banyak dimiliki saat ini.

"Harapannya civitas akademika Indonesia banyak yang studi tentang artificial intelligence," katanya.

Menristekdikti Mohamad Nasir mengaku senang dengan banyak inovasi yang dilahirkan oleh anak muda Indonesia. Dia juga meminta di era digital saat ini perguruan tinggi harus bisa mengikuti perkembangan zaman.

"Rasanya ini dunia milenial yang perlu terobosan. Kita bisa lagi melakukan proses pembelajaran bisnis and usual. Kita harus berinovasi secepat perkembangan yang ada," ujarnya.

(mso/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2S0Qqkj
via IFTTT

Terkait Kemiskinan, Bill Gates Dituding Salah Persepsi

Jakarta - Belum lama ini, Bill Gates mengunggah kicauan di Twitter yang memperlihatkan infografis mengenai beberapa hal di masyarakat dunia. Aspek-aspek yang diperlihatkan adalah tentang kemiskinan, pendidikan, literasi, demokrasi, vaksin, dan kematian anak.

"Ini merupakan salah satu infografis kesukaan saya. Banyak orang yang sangsi dalam melihat seberapa besar kehidupan telah berkembang dalam dua abad terakhir," tulisnya dalam cuitan tersebut.


Dari enam infografis yang dikembangkan oleh Max Roser dari Our World in Data, aspek kemiskinan jadi sorotan tajam sampai saat ini. Grafik tersebut menunjukkan bahwa jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan menurun dari 94% pada 1820 menjadi hanya 10% saat ini.
Akan tetapi, infografis tersebut dinilai memiliki sejumlah masalah. Menurut Dr Jason Hickel, akademisi dari University of London, hal yang pertama adalah data asli mengenai kemiskinan baru dikumpulkan sejak 1981.

Ia menyebut bahwa data sebelumnya sangat tidak detail. Terlebih, menghitung sampai waktu 1820 baginya tidak berarti apa-apa.

"Ini bukan pengetahuan, ini media sosial," ucap Jason, sebagaimana detikINET kutip dari The Guardian, Jumat (1/2/2018).

Lebih lanjut, Jason mengatakan bahwa angka yang dihimpun oleh Max justru menunjukkan bahwa dunia mengalami peralihan situasi terkait seberapa pentingnya uang bagi orang. Artinya, dulu, kebanyakan masyarakat bisa tidak memiliki kebutuhan untuk memiliki uang, sedangkan sekarang mayoritas orang justru kesulitan bertahan hidup dengan jumlah uang yang sedikit.

"Grafik ini tampak menunjukkan penurunan kemiskinan, tapi kenyataannya adalah ini adalah perwujudan sistem kapitalis yang merampas hak-hak orang selama pergerakan di Eropa dan kolonisasi di Bumi bagian selatan," ujar Jason.

Ia melanjutkan, sebelum komunikasi, kebanyakan orang hidup dengan ekonomi swasembada. Jadi, mereka menikmati akses terhadap kebutuhan utama seperti lahan, air, dan persediaan makanan, dengan sistem barter atau berbagi.

Saat itu, orang-orang tersebut memiliki uang yang sedikit, tapi itu tidak dibutuhkannya untuk hidup layak, jadi memang sedikit masuk akal jika mereka disebut miskin. Lalu, kelangsungan hidup tersebut dirusak oleh para kolonial yang memaksa masyarakat untuk meninggalkan tanah mereka dan bekerja di pabrik hingga pertambangan.

"Dengan kata lain, grafik Roser mengilustrasikan cerita masyarakat proletar. Tidak jelas apakah ini merepresentasikan meningkatnya taraf hidup mereka. Walau pemasukannya bertambah, bukan berarti itu bisa menyeimbangkan hilangnya sumber daya serta tanah mereka," kata Jason.

"Infografis favorit (Bill) Gates menceritakan kekejaman kolonisasi dan mengemasnya ulang seakan menjadi perjalanan cerita yang menyenangkan," ujarnya menambahkan.

Di samping itu, ia melanjutkan bahwa level penghasilan harian sebesar USD 1,9, sekitar Rp 26 ribu, atau kurang lebih Rp 800 ribu sebulan, yang dijadikan garis kemiskinan di grafik itu terlalu rendah dari standar mana pun. Ibaratnya, ketika seseorang bisa menghasilkan 2 dolar AS sehari, bukan berarti mereka terbebas dari kemiskinan.

Sejumlah akademisi menyebut USD 7,4 per hari merupakan penghasilan minimum bagi seseorang untuk memenuhi nutrisi dirinya dan menjalani kehidupan layak. Sedangkan akademisi lainnya mengatakan garis kemiskinan harus berada di kisaran penghasilan 10-15 dolar AS per hari.

(mon/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2G2o5DR
via IFTTT

Apple Blokir Facebook dan Google, Apa Sebabnya?

Jakarta - Apple memblokir Google dan Facebook untuk mendistribusikan aplikasi internalnya di iOS. Apa penyebabnya?

Dampak dari pemblokiran ini adalah aplikasi versi awal Google Maps, Hangouts, Gmail, dan berbagai aplikasi pra rilis beta berhenti beroperasi, termasuk aplikasi khusus karyawan semacam Gbus dan aplikasi kafe internal Google.

Namun, pada prosesnya Apple kemudian sudah membuka blokir. Alasannya, mereka sudah berdiskusi dengan Google untuk menyelesaikan masalah ini.

"Kami bekerja bersama Google untuk membantu mereka memasang ulang sertifikat enterprise mereka dengan cepat," ujar juru bicara Apple dalam keterangannya.

Langkah Apple untuk memblokir sertifikat developer Google dilakukan sehari setelah Google mematikan aplikasi Screenwise Meter-nya. Aplikasi privat Googe ini didesain Google untuk memantau bagaimana iPhone digunakan oleh penggunanya, serupa dengan aplikasi riset milik Facebook.

Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data penggunaan internet dari penggunanya. Bahkan, Google memberikan hadiah senilai USD 20 bagi penggunanya yang membolehkan datanya dikumpulkan.

Aplikasi ini tak terlihat melanggar apapun karena mereka mengumpulkan data atas izin penggunanya, termasuk hadiah yang diberikan untuk mengikuti program ini, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Jumat (1/2/2019).

Namun aplikasi ini ternyata dibuat berdasarkan sertifikat enterprise, dan menurut Apple seharusnya aplikasi tersebut hanya bisa digunakan oleh karyawan perusahaan. Pelanggaran terhadap aturan ini berakibat sertifikatnya diblokir, termasuk semua aplikasi internalnya. Inilah yang terjadi pada Google dan Facebook.

Dalam pernyataannya ketika memblokir sertifikat Facebook, Apple mengaku sudah memperingatkan perusahaan milik Mark Zuckerberg itu soal pelanggaran yang dilakukan.

Sebenarnya bukan cuma Google dan Facebook yang memanfaatkan sertifikasi enterprise ini untuk membuat aplikasi kelas konsumer. Seorang developer iOS bernama Alex Fajkowski menemukan Amazon, DoorDash, dan Sonos juga mendisitribusikan aplikasi beta ke pengguna non karyawan.

(asj/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2DOqoIu
via IFTTT

Ramai #YangGajiKamuSiapa, Menkominfo Rudiantara Kaget

Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara angkat bicara mengenai keriuhan tagar #YangGajiKamuSiapa. Ia kaget pernyataannya pernyataannya itu jadi ramai.

"Saya kaget kenapa jadi begitu. Ini kan hanya soal memilih warna desain, tidak dikaitkan dengan pilpres," ujar Menkominfo Rudiantara saat dihubungi detikINET, Jumat (1/2/2019).

Tagar #YangGajiKamuSiapa merujuk pada sebuah pernyataan Rudiantara dalam acara beserta seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di instasinya di Hall Basket Senayan, Kamis (31/1) kemarin.

Saat itu Menkominfo berusaha melibatkan para pegawainya untuk terlibat memilih desain terkait sosialisasi Pemilu 2019 yang nantinya akan dipasang di gedung Kominfo, seperti halnya pada ajang Asian Games 2018.

Ketika itu ada dua desain yang jadi pilihan dan diberi nomor 1 dan 2. Seakan mengetahui penomoran tersebut bisa disalahartikan, Menkominfo mengingatkan hal ini tak ada kaitannya dengan pemilu, sampai juga terucap kalimat yang kini ramai jadi tagar.

Menkominfo pun kini kembali menegaskan bahwa dalam acara tersebut ia tidak memanggil satu orang, melain dua ASN terkait pemilihan desain sosialisasi yang nantinya akan dipajang di gedung Kominfo.

"Ini soal milih desain, bukan dikaitkan dengan pilpres," tegasnya.

(agt/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2DM9cTD
via IFTTT

Beragam Tweet Kocak #YangGajiKamuSiapa

Jakarta - #YangGajiKamuSiapa sedang jadi topik hangat, khususnya di media sosial Twitter. Kicauan kocak pun bermunculan.

Tagar ini sendiri merujuk pada perkataan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara di acara Kominfo Next. Pihak Kominfo juga sudah berusaha mengklarifikasi ucapan Rudiantara tersebut.

Di lini masa, tagar #YangGajiKamuSiapa sudah kadung meroket. Tagar tersebut bukan cuma sukses memuncaki trending topik di Indonesia melainkan juga merangsek masuk ke deretan trending di dunia.

Dipantau detikINET, #YangGajiKamuSiapa itu memang banyak berseliweran di lini masa. Tak semata bicara soal kontroversi karena tidak sedikit pula di antaranya yang berupa tweet kocak dan cukup menghibur.












(jsn/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2Uxh4hk
via IFTTT

#YangGajiKamuSiapa Merangsek ke Trending Topic Dunia

Jakarta - Sejak tadi malam hingga saat ini, netizen Indonesia masih heboh di media sosial khususnya Twitter, dengan cuitan bertagar #YangGajiKamuSiapa.

Dipantau oleh detikINET, ribuan tweet soal itu terus mengalir memberikan reaksi atas perkataan dari Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara.

Bahkan tagar #YangGajiKamuSiapi ini tak hanya menjadi trending nomor satu di Indonesia, namun juga telah masuk ke deretan trending topik di dunia di situs mikroblogging itu.

treding topik dunia yanggajikamusiapatreding topik dunia yanggajikamusiapa Foto: screenshot

Seperti diberitakan sebelumnya, tagar tersebut berawal dari pernyataan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara di acara Kominfo Next yang berlangsung di Hall Basket Senayan, Jakarta, Kamis (31/1/2019).

Beredar video saat Rudiantara meminta para pegawai Kominfo memilih dua desain stiker sosialisasi Pemilu 2019 dengan menggunakan nomor satu dan dua.

Lantaran menggunakan nomor satu dan dua, sontak memicu keriuhan pegawai Kominfo yang hadir. Namun Rudiantara buru-buru menegaskan kalau voting tersebut tidak terkait Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Rupanya banyak pegawai Kominfo yang memilih desain nomor dua. Ingin mengetahui alasannya, Rudiantara coba memanggil perwakilan pegawai yang telah masing-masing desain stiker.

"Mungkin terkait keyakinan saja, Pak. Keyakinan atas visi-misi yang disampaikan nomor dua, yakin saja," ujar pegawai yang memilih desain nomor dua.

Menanggapi pernyataan tersebut, Menkominfo kurang menerima alasan tersebut. Sebab dia menanyakan soal desain stiker, bukan terkait pilihan Pilpres.

Saat mempersilahkan kedua pegawai Kominfo kembali ke tempat duduknya, pria yang kerap disapa Chief RA ini lanjut berbicara.


"Bu... Bu... Yang bayar gaji ibu siapa sekarang? Pemerintah atau siapa?," tanyanya.

"Bukan yang keyakinan ibu? Ya sudah makasih," ujar Rudiantara menimpali jawaban pegawai Kominfo.

"Tapi sekali lagi, jangan dikaitkan dengan Pilpres karena ibu-ibu, bapak-bapak, masih digaji oleh Kominfo, digaji oleh pemerintah. Terima kasih banyak," tutupnya.

Inilah yang kemudian memicu keriuhan media sosial di Tanah Air. Banyak yang menyayangkan, begitu pula yang mengkritik penyataan yang dilontarkan Menkominfo. Berikut di anatranya (jsn/fyk)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2TlLoeF
via IFTTT

Ramai #YangGajiKamuSiapa, Kominfo Beri Tanggapan

Jakarta - Setelah tagar #YangGajiKamuSiapa ramai dibahas netizen Tanah Air, pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akhirnya buka suara.

Plt Kepala Biro Humas Ferdinandus Setu melalui keterangan resmi yang diterima detikINET, Jumat (1/2/2019) memberikan sejumlah keterangan terkait pemberitaan atas pernyataan Menkominfo Rudiantara kepada salah satu aparatur sipil negara (ASN). Berikut isi penjelasan remsinya

1. Dalam salah satu bagian acara sambutan, Mekominfo meminta masukan kepada semua karyawan tentang dua buah desain sosialisasi pemilu yang diusulkan untuk Gedung Kominfo dengan gaya pengambilan suara.

2. Semua berlangsung dengan interaktif dan antusias sampai ketika seorang ASN diminta maju ke depan dan menggunakan kesempatan itu untuk mengasosiasikan dan bahkan dapat disebut sebagai mengampanyekan nomor urut pasangan tertentu.

3. Padahal sebelumnya, Menkominfo sudah dengan gamblang menegaskan bahwa pemilihan tersebut tidak ada kaitannya dengan pemilu. Penegasan tersebut terhitung diucapkan sampai 4 kalimat, sebelum memanggil ASN tersebut ke panggung.

4. Dalam zooming video hasil rekaman, terlihat bahwa ekspresi Menkominfo terkejut dengan jawaban ASN yang mengaitkan dengan nomor urut capres itu dan sekali lagi menegaskan bahwa tidak boleh mengaitkan urusan ini dengan capres.

5. Momen selanjutnya adalah upaya Menkominfo untuk meluruskan permasalahan desain yang malah jadi ajang kampanye capres pilihan seorang ASN di depan publik. Terlihat bahwa ASN tersebut tidak berusaha menjawab substansi pertanyaan, bahkan setelah pertanyaannya dielaborasi lebih lanjut oleh Menkominfo.

6. Menkominfo merasa tak habis pikir mengapa ASN yang digaji rakyat/pemerintah menyalahgunakan kesempatan untuk menunjukkan sikap tidak netralnya di depan umum. Dalam konteks inilah terlontar pertanyaan "Yang gaji Ibu Siapa?". Menkominfo hanya ingin menegaskan bahwa ASN digaji oleh negara sehingga ASN harus mengambil posisi netral, setidaknya di hadapan publik.

7. Atas pernyataan "yang menggaji pemerintah dan bukan keyakinan Ibu", "keyakinan" dalam hal ini bukanlah dimaksudkan untuk menunjuk pilihan ASN tersebut, melainkan merujuk kepada sikap ketidaknetralan yang disampaikan kepada publik yang mencederai rasa keadilan rakyat yang telah menggaji ASN.

8. Dalam penutupnya sekali lagi Menkominfo menegaskan bahwa posisi ASN yang digaji negara/pemerintah harus netral dan justru menjadi pemersatu bangsa dan memerangi hoaks.

9. Kami menyesalkan beredarnya potongan-potongan video yang sengaja dilakukan untuk memutus konteks masalah dan tidak menggambarkan peristiwa secara utuh.
Demikian penjelasan dari kami, agar dapat menjadi bahan untuk melengkapi pemberitaan rekan-rekan media. (afr/afr)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2GaDQYJ
via IFTTT

Netizen Heboh #YangGajiKamuSiapa, Ada Apa?

Jakarta - Netizen di Tanah Air tengah heboh mengkicaukan #YangGajiKamuSiapa. Ada apa gerangan?

Tagar #YangGajiKamuSiapa rupanya terkait pernyataan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara di acara Kominfo Next yang berlangsung di Hall Basket Senayan, Jakarta, Kamis (31/1/2019). Saking banyaknya yang membahas, tagar tersebut menjadi trending nomor satu di Twitter Indonesia.


Semua itu bermula saat Menkominfo meminta para pegawai Kominfo memilih stiker sosialisasi Pemilu 2019. Ada dua desain stiker yang harus dipilih. Nantinya stiker yang banyak mendapat suara akan dipasang di kantor Kominfo.
Lantaran menggunakan nomor satu dan dua, sontak memicu keriuahn pegawai Kominfo yang hadir. Namun Rudiantara buru-buru menegaskan kalau voting tersebut tidak terkait Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Rupanya banyak pegawai Kominfo yang memilih desain nomor dua. Ingin mengetahui alasannya, Rudiantara coba memanggil perwakilan pegawai yang telah masing-masing desain stiker.

"Mungkin terkait keyakinan saja, Pak. Keyakinan atas visi-misi yang disampaikan nomor dua, yakin saja," ujar pegawai yang memilih desain nomor dua.

Menanggapi pernyataan tersebut, Menkominfo kurang menerima alasan tersebut. Sebab dia menanyakan soal desain stiker, bukan terkait pilihan Pilpres.


Saat mempersilahkan kedua pegawai Kominfo kembali ke tempat duduknya, pria yang kerap disapa Chief RA ini lanjut berbicara.

"Bu... Bu... Yang bayar gaji ibu siapa sekarang? Pemerintah atau siapa?," tanyanya.

"Bukan yang keyakinan ibu? Ya sudah makasih," ujar Rudiantara menimpali jawaban pegawai Kominfo.

"Tapi sekali lagi, jangan dikaitkan dengan Pilpres karena ibu-ibu, bapak-bapak, masih digaji oleh Kominfo, digaji oleh pemerintah. Terima kasih banyak," tutupnya.

Inilah yang kemudian memicu keriuhan media sosial di Tanah Air. Banyak yang menyayangkan, begitu pula yang mengkritik penyataan yang dilontarkan Menkominfo. Berikut di anatranya

(afr/afr)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2TkEuXc
via IFTTT

Jasa Marga Siapkan Sistem Penerus e-Toll, Begini Cara Kerjanya

Jakarta - Setelah kartu e-Toll populer, kini Jasa Marga Tollroad Operator (JMTO) bakal menghadirkan teknologi pembayaran non tunai di jalan tol yang selanjutnya.

Salah satu metode yang sedang dikembangkan dan saat ini sedang diujicobakan adalah penerapan sistem Single-Lane Free Flow (SLFF) di ruas-ruas jalan tol di Indonesia. Sebenarnya sistem SLFF ini bukanlah sesuatu yang baru. Negara di Asia seperti Taiwan dan Malaysia sudah menerapkan sistem SLFF di jalan tol sejak beberapa tahun lalu.

Dengan sistem SLFF, pengguna jalan tol tidak perlu memperlambat laju kendaraan atau berhenti sejenak untuk bayar tol. Nantinya, akan ada alat yang menjadi media pembayaran elektronik yang dipasang pada tiap kendaraan.

Alat tersebut akan memancarkan sinyal yang dibaca alat penangkap signal di gardu tol, sehingga saat pengendara melewatinya, saldo akan otomatis terpotong.

Tergabung dalam satu konsorsium dengan beberapa pihak yang berkompetensi dalam pengembangan instrument pembayaran elektronik, JMTO telah mengembangkan Uang Elektronik (e-money) berbasis server yang terhubung dengan stiker RFID (Radio Frequency Identification) yang diberi nama FLO.

Untuk menggunakan FLO, pengguna jalan tol perlu membeli stiker RFID dimana saldo transaksi pembayaran jalan tol dapat dimonitor melalui aplikasi FLO. Sementara untuk melakukan pengisian saldo, pengguna dapat melakukan top up saldo FLO melalui ATM Bank, e-banking dan mitra yang ditunjuk sebagai jalur distribusi dan top up.

Perbedaan mendasar antara FLO yang mengusung skema uang elektronik berbasis server dengan teknologi terdahulu yang menggunakan e-money berbasis chip, saat ini payment processing berlansung secara online dan real-time sehingga secara langsung dapat memotong durasi transaksi yang terjadi di gerbang dan diharapkan dapat mengurangi jumlah antrian yang panjang.

Stiker RFID sendiri merupakan alat sensor yang dipasang pada bagian depan kendaraan yang teregistrasi dengan aplikasi FLO. Adapun fitur yang terdapat di aplikasi FLO ini diantaranya seperti cek saldo, e-receipt (struk) serta riwayat transaksi pembayaran Tol. Harga stiker RFID pun terbilang terjangkau sehingga kedepannya teknologi ini tidak akan memberatkan kantong para pengguna jalan tol.

"Kami berkomitmen untuk terus berinovasi dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan di jalan tol dengan mengembangkan teknologi pembayaran electronic toll collection (ETC) di seluruh Indonesia. FLO merupakan jawaban kami dari agenda elektronifikasi jalan tol di Indonesia yang saat ini penting untuk di implementasikan. Elektronifikasi jalan Tol di Indonesia tidak berhenti hanya pada Single Lane Free Flow (SLFF), kedepannya kami akan mengembangkan hingga Multi Lane Free Flow (MLFF) yang diharapkan dapat menjadikan proses transaksi lebih efisien dan lancar," Ujar Septerianto Sanaf, Pimpinan Konsorsium Elektronifikasi Pembayaran SLFF (FLO) dalam keterangan yang diterima detikINET.

"FLO merupakan salah satu bukti kesuksesan kami dalam membuat terobosan elektronifikasi jalan tol yang tingkat kesiapannya mendekati 100%. Sejak Desember 2018 lalu, kami telah melakukan uji coba terbatas di Jalan Tol Bali Mandara dengan menggandeng beberapa mitra kami, seperti Blue Bird Group serta Bank Mandiri, BRI, dan BNI untuk melakukan top up," lanjutnya.

Penerapan SLFF dengan teknologi nirsentuh adalah upaya meningkatkan pelayanan kepada pengguna jalan tol agar transaksi dapat tercatat dengan cepat dan akurat sehingga proses pembayaran tol bisa dilakukan tanpa berhenti untuk mengurangi tingkat antrian di gerbang tol. Untuk itu diperlukan sinergi agar pengguna dapat memperoleh perangkat pembayaran dengan mudah serta beragam metode top-up yang mudah di akses oleh pengguna.

Septerianto berharap semakin banyak ruas-ruas jalan Tol di Indonesia yang menggunakan FLO, tidak terbatas hanya ruas-ruas yang dimiliki oleh Jasa Marga.

"Mendorong penerapan Single Lane Free Flow (SLFF) di Indonesia membutuhkan kolaborasi dari banyak pihak, tidak hanya pemerintah namun ekosistem di jalan tol itu sendiri untuk sosialiasi yang maksimal kepada masyarakat. Setelah masa uji coba terbatas dilalui dengan baik, FLO diharapkan bisa dipakai oleh masyarakat umum tidak hanya di Tol Bali Mandara, tetapi juga di ruas jalan tol lainnya sehingga mendorong terciptanya masyarakat digital Indonesia," tutup Septerianto.

(asj/asj)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2BbtUdW
via IFTTT

Mengulik Pendapatan yang Diterima David GadgetIn

Jakarta - Channel GadgetIn memiliki lebih dari 1 juta subscriber dan jumlah penonton videonya pun sangat banyak. Kira-kira berapa ya pendapatan David Brendi?

Ditemui di markasnya, David menuturkan perjalanan panjang GagdetIn mulai dari lahir hingga mereguk kesuksesannya sekarang. Walau tidak begitu berliku, banyak cerita menarik yang dituturkannya.

"Tidak menyangka GadgetIn akan seperti sekarang. Tujuan awal cuma iseng saja. Banyak plan gagal. Tidak kepikiran akan segede sekarang," ujarnya saat ditanya pencapaiannya saat ini.

Empat tahun lalu di ruang kostannya, David membuat video review pertamanya. Kala itu hanya bermodal gadget yang dibelinya dari uang tabungan dan kamera yang telah dimilikinya.

"Kalau kuliah desain itu kan diwajibin dosen ada kamera, mau pinjem atau beli. Tapi ya ujung-ujungnya beli sendiri. Kamera itu yang diberdayakan," tutur pria lulusan Binus ini.

"Dulu aku itu orangnya gaptek banget, pegang kamera aja males. Kalau nggak masuk desain aku nggak bakal bisa pegang kamera, kalau tidak dipaksa gitu," kata David mensyukuri titah sang dosen.

Mengulik Pendapatan yang Diterima David GadgetInFoto: Muhammad Zaky Fauzi Azhar/20detik

Video pertama yang dibuat kurang direspon baik. Setelah melihat penonton di video kedua, timbul keyakinan dalam dirinya bahwa YouTube memiliki potensi. Dari situ, bertekat untuk memfokuskan diri membuat konten.

Hanya saja, kendati penontonnya terus bertambah, begitupun jumlah subscribernya, David merasa menjadi YouTuber belum bisa dijadikan pegangan kala itu. Untuk menyambung hidup di Jakarta, dia harus mencari pemasukan lain.

"Lulus kuliah sempat ditawarin teman side job, karena waktu itu channel belum bisa untuk penyambung hidup. Untuk ngekost aja belum ketutup sama sekali," cerita David.

Menghadapi kondisi itu tak lantas bikin pria kelahiran Palembang ini menyerah jadi content creator. Karya terus dilahirkan sembari menyambi pekerjaan yang lain.

"Akhirnya pilih fokus aja, karena ilmu ini (pembuatan konten) tidak hanya bisa dipakai di YouTube, bisa ke lainnya. Toh masih ada tabungan darurat bila nggak kerja. Jadi seperti pertaruhan saja," ujarnya.

Beruntung pula keluarga mendukung sehingga semangat tidak padam, ya walaupun orang tuanya tidak begitu paham dunia YouTube. Selagi dua syarat dipenuhi David, restu akan selalu diberikan.

"Waktu aku ceritain mereka tidak mengerti. Cuma nanyanya bikin rugi orang nggak, bisa hidup ngga. Mau apapun yang aku kerjakan asal dua syarat itu terpenuhi ya mereka percaya-percaya aja," terang penyuka pempek ini.

Mengulik Pendapatan yang Diterima David GadgetInFoto: Muhammad Zaky Fauzi Azhar/20detik

Penghasilan

Delapan bulan sejak video pertamanya tayang, David baru memetik hasil. 'Gaji' sebagai YouTuber diterimanya. Walau secara jumlah tidak seberapa, momen saat menerimanya bakal dikenang sepanjang hidup.

"Dapatnya USD 130, waktu itu semangat banget narik di Western Union. Tegang-tegang gitu waktu mau dikasih ke kasirnya,' kenang David.

Seiring makin berkembang channel GadgetIn, penghasilannya pun meningkat. Diakui David pendapatan yang diterimanya saat ini sudah jauh lebih baik. Tapi dia menampik anggapan orang-orang yang memperkirakan nominal uang yang diterimanya besar lantaran jumlah subscriber dan penonton banyak.

"Perhitungan adsense di Indonesia sangat kecil, beda jauh dengan di Amerika Serikat. Jadi pendapatan yang diterima tidak seperti diperkirakan banyak orang," katanya.

"Pendapatan saat ini sudah bisa memenuhi kebutuhan, tapi belum bisa memenuhi keingginan. Bisa hidup di Jakarta, beli peralatan shooting dan sesekali traveling. Yang pasti nggak sebesar yang dibayangi orang," jawab David saat ditanya berapa penghasilannya saat ini.

Mau tau rahasia David mendapatkan subscriber 1 juta dalam satu tahun? ikuti kelanjutan artikelnya.

(afr/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2TjKa3S
via IFTTT

Mengungkap Peran Kominfo, Bawaslu, dan KPU Tangkal Hoax Pilpres

Jakarta - Memorandum of Action (MOA) dalam menangkal hoax Pileg dan Pilpres 2019 di internet telah diteken oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Bagaimana peran mereka masing-masing?

Berdasarkan isi dari nota kesepahaman, ketiga instansi ini ruang lingkupnya, mencakupi penangan dan pengawasan konten internet sesuai tugas dan fungsi masing-masing, pertukaran data dan informasi konten internet, peningkatan sumber daya manusia untuk penanganan dan pengawasan konten internet.

Lalu, pemantauan pada konten internet yang terindikasi melawan peraturan perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan kewenangan para pihak, peningkatan sosialisasi dan edukasi dalam penanganan dan pengawasan penggunaan internet terkait materi kampanye sesuai dengan kewenangan para pihak, penguatan partisipasi publik dalam penggunaan internet dan penanganan konten internet, dan kegiatan lain yang disepakati para pihak.

Dalam pelaksanaan menangkal hoax Pileg dan Pilpres 2019, berikut peran Bawaslu sebagai pihak kesatu, KPU sebagai pihak kedua, dan Kominfo sebagai pihak ketiga:

1. Pihak kesatu melaksanakan tugas:
a. Menyediakan hasil pengawasan Pemilihan Umum tentang konten internet yang melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Menyediakan data laporan masyarakat terkait akun yang memuat inforamsi yang melanggar perundang-undangan tentang Pemilihan Umum;
c. Menyediakan analisis hasil pengawasan terkait media sosial dalam kampanye pemilihan umum, dan
d. Memfasilitasi kegiatan koordinasi antarlembaga dalam menunjang manajemen dan pengawasan konten internet dan milihan umum di internet.

2. Pihak kedua melaksanakan tugas:
a. Menyediakan informasi terkait data tim kampanye, pelaksana kampanye, petugas kampanye, dan juru kampanye, dan
b. Menyediakan informasi akun media sosial peserta pemilihan umum yang telah didaftarkan kepada pihak kedua.

3. Pihak ketiga melaksanakan tugas:
a. Menindaklanjuti rekomendasi laporan hasil pengawasan terkait konten internet dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Tahun 2019;
b. Melakukan penanganan konten internet yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Tahun 2019, dan
c. Melakukan sosialisasi dan edukasi dalam manajemen dan pengawasan penggunaan internet terkait materi kampanye sesuai dengan kewenangan para pihak.

Diketahui, MOA ini berlaku untuk jangka waktu satu tahun sejak ditandatangani para pihak secara bersama-sama. Bila ditandatangani pada hari ini, maka akan berakhir pada 31 Januari 2020.

(rns/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2MIlAHt
via IFTTT

Kecerdasan Buatan Jangan Dilawan, Ajak Berkawan

Jakarta - Nama-nama kondang di jagat teknologi dunia seperti Jack Ma dan Elon Musk sempat beberapa kali mengumbar kecemasannya terhadap perkembangan kecerdasan buatan. Keduanya beranggapan teknologi tersebut bisa berbahaya jika tidak dikendalikan.

Meski demikian, IDC Indonesia justru mengatakan yang sebaliknya. Mevira Munindra, Head of Operations IDC mengatakan kecerdasan buatan akan mampu membantu manusia.

"Kecerdasan buatan bakal membantu manusia. Konsep menggantikan (manusia) itu yang banyak orang takuti. Kalau peluang kecerdasan buatan untuk menggantikan mungkin ada, tapi bukan manusianya, tapi dari fungsi pekerjaannya," ujarnya saat ditemui dalam sebuah kesempatan.

"(kecerdasan buatan) akan melahirkan peluang pekerjaan baru yang nanti skill set-nya juga akan bertambah. Makanya sebenarnya pertanyaannya adalah pekerjaan apa lagi yang bisa diproduksi oleh perusahaan maupun pemerintahan. Jujur saja, kalau kita lihat, human engagement pasti akan di-leverage banyak dari segi proses, operasionalnya, maupun dari customer engagement," tuturnya menambahkan.

Kalau pernyataan tersebut masih membuat kalian merasa takut 'tersisih', mungkin yang ini bisa membantu. Mevira mengatakan, Indonesia masih jauh dari kata matang untuk urusan implementasi kecerdasan buatan.

"Kalau untuk adopsi hingga matang mungkin butuh lebih dari lima tahun. Saat ini masih sekadar untuk chatbot, otomasi. Butuh adanya kolaborasi antara perusahaan dengan pemerintah dan konsumennya juga untuk bisa develop," katanya.

Selain itu, ia melanjutkan, belum banyak perusahaan lokal yang bisa mengumpulkan data untuk menjadi 'makanan' bagi kecerdasan buatan agar bisa berkembang. Menurutnya, itu langkah yang harus diperbaiki terlebih dahulu agar mereka bisa bergerak ke implementasi lebib lanjut.

Lantas, bagaimana jika Indonesia dibandingkan dengan negara-negata tetangga di Asia Tenggara. Bagi Mevira, baru Singapura yang sudah melangkah di depan.

"Kalau kita compare Indonesia dengan negara ASEAN, mungkin baru Singapura yang sudah leverage ke arah sana, negara lain juga masih explore dari use cases yang ada. Singapura itu sudah ada penetrasi dari perusahaan China, Eropa, atau Amerika Serikat yang sudah masuk. Dari segi penetrasi dan edukasi mereka jauh di atas indonesia,"

"Indonesia itu luas banget, jadi case yang kami lihat bahwa tidak mudah melakukan penetrasi di Indonesia. Indonesia masih hijau-hijaunya sebenarnya sekarang. Karena pasarnya sangat luas, Indonesia bisa menjadi target selanjutnya dari perusahaan-perusahaan teknologi untuk lebih masuk ke ASEAN," pungkasnya.

(rns/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2GbYbwB
via IFTTT

Pemerintah Klaim Lebih Galak Basmi Hoax Jelang Pilpres 2019

Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah bekerja sama menangkal hoax di internet sejak Pilkada Serentak 2018.

Kali ini, ketiga instansi tersebut kembali beraksi untuk membasmi misinformasi pada hajatan Pileg dan Pilpres 2019. Ada cara yang beda?

Mengenai hal tersebut, Menteri Kominfo Rudiantara mengatakan, kerja sama saat ini lebih kepada makin nyata aksinya, di mana ia menyebutnya sebagai Memorandum of Action (MOA), tak lagi Memorandum of Understanding (MOU).

"Yang kita tandatangani ini adalah Memorandum of Action, karena kita harus memasuki langkah-langkah aksi," ujar Rudiantara di Hall Basket GBK, Jakarta, Kamis (31/1/2019).

Disampaikan Rudiantara, setiap harinya Kominfo selalu melaporkan hoax-hoax yang tersebar di masyarakat, tentunya itu yang tersiar di dunia maya. Laporan itu juga disertakan penjelasan dan fakta sesungguhnya.

Selain itu, Kominfo juga baru saja memperkenalkan program yang dinamakan Lambe Hoaks, di mana sosok Miss Lambe Hoaks jadi ikon dari program audio visual.

Agar lebih tersampaikan lagi ke hilirnya, sebagaimana dikatakan Menkominfo, pemerintah akan menggandeng kelompok-kelompok yang memiliki tujuan untuk turut meredam peredaran informasi palsu di tengah-tengah masyarakat.

"Dalam waktu dekat, kita akan push informasi hoax ini, terutama yang sudah terverifikasi, kepada grup-grup masyarakat yang punya consern terhadap hoax. Sehingga, kelompok masyarakat turut membantu memviralkan (bantahan-red) hoax yang terjadi, yang akan timbul alert di masyarakat yang lebih dini lagi terhadap hoax," tuturnya.

Permintaan Bawaslu dan KPU

Seperti kerja sama pada Pilkada Serentak 2018, Kominfo juga membuka jalur khusus pelaporan langsung dari Bawaslu dan KPU mengenai penemuan mereka yang berhubungan dengan hoax pilpres 2019.

"Kalau berkaitan dengan pemilu, di mana Bawaslu mengatakan bahwa (konten-red) ini harus di-take down dengan alasan apapun, itu sama prosedur yang kita lakukan tahun Pilkada 2018, jadi saya nurut saja. Kalau Bawaslu minta di-take down, ya di-take down itu untuk akun, sementara situs ya diblok," tutur Menkominfo.

"Itu untuk penindakan. Dari sisi pencegahan, kita akan lebih proaktif, kita akan setiap hari lakukan crawling, setiap hari laporan mengenai mana yang hoax mana yang tidak. Karena kita juga tidak boleh hanya menyatakan ini hoax, tapi harus diberikan hoax, ini hoax atau bukan karena apa?," sambungnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Bawaslu Abhan menjelaskan, bilamana konteksnya berkaitan dengan pemilu, Bawaslu mempunyai kewenangan untuk mengkaji, apakah konten tersebut termasuk dalam pelanggaran pemilu atau bukan.

"Kalau memenuhi kualifikasi pelanggaran pemilu, maka kami merekomendasi kepada Kominfo dan platform (media sosial) yang ada di Indonesia untuk segera melakukan take down," kata Abhan.

Komitmen Medsos

Meski tak hadir di penandatanganan MOA pada kali ini, Rudiantara mengatakan bahwa perusahaan penyedia layanan media sosial dikatakan turut berkomitemen dalam menangkal hoax di masing-masing platform, khususnya soal Pilpres 2019.

"Semua (media sosial) diajakin, seperti pada tahun 2018," jawab Rudiantara mengenai media sosial yang berkomitmen dalam menangkal hoax ini.

"Mereka (media sosial) akan lebih cepat lagi (menangkal hoax) yang berkaitan dengan pemilu. Apalagi platform sudah mulai memperbaiki diri yang tak hanya soal pemilu, tapi mengurangi viralnya, misalnya mengurangi penyebaran hoax di WhatsApp yang sudah mengurangi fitur forward jadi lima kali. Itu salah satu aktivitas yang dilakukan oleh platform," pungkasnya.

(rns/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2GbVxXH
via IFTTT

Startup Malaysia Bikin Browser Syariah

Jakarta - Sebuah startup Malaysia sedang mencuri perhatian berkat karyanya. SalamWeb, karyanya itu, merupakan sebuah browser syariah.

"Kami ingin menjadikan internet tempat yang lebih baik," kata Managing Director SalamWeb Technologies Hasni Zarina Mohamed Khan, seperti dilansir detikINET dari Bloomberg, Kamis (31/1/2019).

"Kami paham internet memiliki kebaikan dan keburukan, jadi SalamWeb menawarkan kalian tool untuk membuat jendela yang memungkinkan kalian untuk melihat kebaikan di internet," tuturnya.

SalamWeb tersedia dalam versi mobile dan desktop. Tak semata browser, aplikasi ini juga memiliki fitur messaging dan tampilan news feed.

Ada pula fitur yang lebih spesifik dan Islami seperti memperlihatkan waktu salat dan arah kiblat. Saat ini, pengguna SalamWeb di banyak berasal dari Malaysia dan Indonesia.

Khan berharap SalamWeb kelak bisa menjaring pengguna sebanyak 10% dari total populasi Muslim dunia. Ia juga menegaskan perusahaannya memegang nilai universal sehingga siapa pun bisa menggunakan browser itu walaupun secara khusus menargetkan Muslim.

Sebagai browser syariah, SalamWeb juga memiliki filter untuk menandai situs sebagai "pantas", "netral", atau "tidak pantas". Browser ini juga akan memberikan peringatan jika pengguna mendekati situs judi online atau pornografi.

Browser ini telah mengantongi sertifikasi syariah dari Amanie Shariah Supervisory Board. SalamWeb sendiri dibangun menggunakan software open-source Chromium yang juga merupakan basis dari Google Chrome.

"Internet bisa menjadi tempat yang berbahaya. Terlihat jelas bahwa kita membutuhkan alternatif," pungkas Khan.

(vim/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2Rxy9Go
via IFTTT

Mengenal David Brendi, Sosok di Balik GadgetIn

Jakarta - "Halo guys, David di sini, dan ini adalah...", bagi pencinta gadget pasti familiar dengan kalimat tersebut. Ditambah bila mendengar suara ngebass-nya, sudah pasti langsung bisa menebaknya.

Ya itulah gaya David Brendi kala menyapa para penonton GadgetIn, channel YouTube yang membahas seputar teknologi. Ciri khas yang selalu dia bawakan di setiap videonya telah mampu menghipnotis lebih dari 1,6 juta orang. Dan kepiawaiannya dalam memaparkan kelebihan maupun kelemahan ponsel menghantar konten-kontennya nangkring di daftar trending Indonesia.

detikINET pun jadi ingin tahu bagaimana David, demikian dia sering disapa, mereguk kesuksesan saat ini. Bersama tim Geekster Talk - 20detik, kami menyambanginya di markas GadgetIn -- yang lokasinya minta dirahasiakan.

Modal Iseng

Saat ini jumlah subscriber GadgetIn sangat banyak. Tapi siapa sangka David memulai channelnya itu hanya bermodal iseng saja, dan bahkan dirinya mengaku dulu tidak begitu tertarik dengan gadget.

"Waktu itu menganggap komputer dan ponsel mesin biasa, cuma untuk bantu kerja," ujarnya.

Berkat seorang teman yang hobi menonton video review gadget di YouTube, David mulai tertarik. Malah terlintas dalam pikirannya untuk membuat hal serupa. Lebih-lebih setelah mengetahui channel review gadget dari Indonesia belum banyak jumlahnya, semangatnya kian terpacu.

Mengenal David Brendi, Sosok di Balik GadgetInFoto: Adi Fida Rahman/detikINET

"Aku pikir kyaknya kalau ikut menarik juga. Apa lagi masih kuliah, kalau tidak jadi apa-apa ya udah. Bisa pas 10-20 tahun lagi nonton mungkin lucu," kata David.

Bemodal kamera yang sudah dimilikinya --yang katanya dipunyai lantaran 'diwajibkan' oleh dosen sebagai mahasiswa desain-- serta Xiaomi Mi 3 yang dibeli dari uang tabungan, maka mulailah David membuat konten video .

Desember 2014 lahirlah channel GadgetIn ditandai tanyangnya video review Mi 3 berdurasi tujuh menit. Nama GadgetIn berasal dari singkatan Gadget Indonesia. Namun nama tersebut juga punya makna yang lain.

"Dulu kepikirannya singkatan dari Gadget Indonesia, karena targetku khusus Indonesia aja. Tapi bisa juga digabungin jadi Gadgetin, mirip cara baca Gojekin, either way bener," terang David.

Tembus 1 Juta

David dan Gold Play ButtomDavid dan Gold Play Button. Foto: Adi Fida Rahman/detikINET


Meski Xiaomi mulai naik daun, video pertama GadgetIn sepi penonton. Kondisi ini membuat David tidak semangat bikin konten. Untungnya dia kembali bangkit berkat video kedua yang membahas soal Nokia.

"Dulu targetnya memang dua video, kalau gagal nggak apa-apa. Video pertama nggak rame, hape kedua Nokia Lumia 535 ditinggalin 1-2 bulan, ternyata penontonnya sudah puluhan ribu yang nonton. Jadi semangat," tuturnya.

"Soalnya bikin dua video itu susah banget, sampe enek sendiri. Jadi ya udahlah dua video aja cukup, kuliah aja lanjut ke rencana awal. Setelah melihat lagi, ternyata ada peluang," imbuh David.

David pun makin getol membuat konten video. Seiriing berjalannya waktu, jumlah penonton channel GadgetIn bertambah, demikian pula subscribernya. Kurun waktu dua tahun jumlahnya mencapai 100 ribu lebih. Oleh YouTube, David diganjar Silver Play Button.

2018 menjadi tahun yang gemilang bagi David. GadgeIn mencatatkan diri sebagai channel dengan 1 juta subscriber. YouTube kembali memberikan penghargaan berupa Gold Play Button.

Ingin tahu lebih banyak soal David? Nantikan artikel selanjutnya ya!

(afr/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2Bcwlgi
via IFTTT

Banyak Sekolah Coding, Pengembang Lokal Diprediksi Menjamur

Jakarta - CEO Bukalapak Achmad Zaky sempat mengeluhkan minimnya talenta digital di Indonesia. Keluhan itu mungkin akan terobati seiring adanya prediksi IDC Indonesia mengenai jumlah pengembang aplikasi di Tanah Air.

Firma analisis tersebut memperkirakan bahwa jumlah pengembang aplikasi di Indonesia akan tumbuh sebesar 15% pada 2024 mendatang. Hal tersebut disampaikan oleh Head of Operations IDC Indonesia Mevira Munindra.

Lebih lanjut, Mevira mengungkapkan salah satu faktor pendorong dari angka pertumbuhan tersebut. Itu adalah semakin banyaknya institusi-institusi yang memberikan edukasi mengenai pengembangan aplikasi.

Salah satunya adalah Apple Developer Academy di Green Office Park, BSD City, Tangerang Selatan yang diresmikan tahun lalu. Ini merupakan akademi pengembang aplikasi perdana yang didirikan Apple di Asia Tenggara.

Dalam menghadirkan sekolah bagi para developer di Tanah Air, perusahaan asal Cupertino tersebut menggandeng Universitas Binus. Perguruan tinggi swasta ini berperan sebagai penyalur awal talenta-talenta muda yang akan belajar membuat aplikasi di sana.

Selain itu, ada juga sekolah coding Binar Academy. Kebetulan, mereka juga membuka kampus barunya di BSD City pada Desember 2018 lalu.

Kehadiran kampus baru Binar Academy di kawasan BSD City menyusul keberadaannya di lokasi lain yakni Yogyakarta. Binar Academy juga sudah melatih komunitas digital di Bandung, Batam, Semarang, Kupang, dan Ambon.

"Perusahaan digital seperti Bukalapak juga sudah mulai masuk kepada ranah pelatihan pengembang aplikasi dan membuka banyak development house di Jakarta, Jogja, Bandung," ujar Mevira di Jakarta, Kamis (31/1/2019).

"Dengan banyaknya transformasi, dengan banyaknya inovasi-inovasi baru, pasti jumlah developer itu juga akan bertambah, dan tentunya akan banyak sekali inisiatif-inisiatif baru dari pemerintah yang juga kami lihat akan terus menambah jumlah developer," pungkasnya.

(mon/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2WuMVRQ
via IFTTT

Jual Akun Bodong dan Follower Palsu Langgar Hukum di New York

Jakarta - Di sejumlah negara, banyak perusahaan yang sedang berupaya memerangi akun bodong. Sementara di New York, Amerika Serikat, hal ini malah sudah masuk ranah hukum.

Jaksa Agung New York Letitia James baru saja mengumumkan pihaknya telah merampungkan kasus dengan sebuah perusahaan AS bernama Devumi.

Perusahaan ini diselidiki setelah dicurigai melakukan praktik busuk di media sosial berdasarkan investigasi New York Times.

Penyelesaian kasus ini secara otomatis membuat aktivitas menjual like dan follower palsu menjadi perbuatan melanggar hukum di New York.

Ini adalah salah satu dari langkah pertama yang diambil badan penegakan hukum New York terkait praktik tersebut.

"Ketika semakin banyak orang dan perusahaan seperti Devumi terus menghasilkan uang membohongi orang, lembaga kami akan terus menghentikan siapa pun yang menjual penipuan online," kata James seperti dikutip dari Mashable, Kamis (31/1/2019).

Devumi, yang Agustus lalu operasionalnya dihentikan, dijalankan oleh sejumlah selebritis media sosial yang menawarkan jasa meningkatkan jumlah follower.

Sejumlah kliennya mengetahui bahwa bisnis ini menggunakan aktivitas palsu untuk meningkatkan popularitas profil online, sementara yang lainnya mengira bahwa meningkatnya interaksi ini berasal dari follower sungguhan.

Dalam beberapa kasus Devumi, ditemukan kasus antara lain penghapusan akun orang sungguhan tanpa persetujuan dari mereka untuk membuat profil palsu.

Tentu saja, bisnis menambah follower palsu menggiurkan sebagian kalangan. CNN mencatat, Devumi menghasilkan pendapatan sekitar USD 15 juta dari bisnisnya tersebut, hingga New York Times membongkar kedoknya yang menyebabkan penurunan bisnisnya hingga akhirnya ditutup.

(rns/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2RXbTdY
via IFTTT

Kominfo, Bawaslu, dan KPU Siap Beraksi Tangkal Hoax Pilpres

Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) melakukan penandatangan Memorandum of Action (MOA) terkait upaya menangkal penyebaran hoax di internet secara khusus di tahun politik saat ini.

"Hari kita menandatangani lagi Memorandum of Action (MOA) bukan lagi Memorandum of Understanding (MOU), karena kalau MOU itu hanya untuk saling pengertian. Yang sekarang itu MOA, langkah-langkah aksi," ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara di Hall Basket GBK, Jakarta, Kamis (31/1/2019).

Sebelumnya, ketiga pihak telah melakukan kerja sama pada Pilkada Serentak 2018. Sama seperti kerja sama terdahulu, saat ini mereka sudah menegaskan kesiapan untuk beraksi menangkal hoax di pesta demokrasi yang lebih besar lagi, yakni Pileg dan Pilpres serentak pada tanggal 17 April 2019.
Kominfo, Bawaslu, dan KPU Siap Beraksi Tangkal Hoax PilpresFoto: Agus Tri Haryanto/detikINET

"Bahwa kita ajak sama-sama semua masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya nanti pada tanggal 17 April 2019. Menuju ke sana banyak hal yang dilakukan, terutama penyebaran hoax," ungkap Menkominfo

"Kominfo makin proaktif. Kominfo setiap hari mengeluarkan laporan hoax apa saja, bisa berkaitan dengan pemilu untuk pileg, pilpres, maupun yang tidak berkaitan dengan pemilu. Sebab, hoax itu jahatnya sama," tutur pria yang akrab disapa Chief RA itu.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Bawaslu Abhan mengatakan bahwa ketiga pihak memang sama-sama ingin melanjutkan kerja sama yang sudah terjalin dalam mewujudkan pesta demokrasi yang positif.

Kominfo, Bawaslu, dan KPU Siap Beraksi Tangkal Hoax PilpresFoto: Agus Tri Haryanto/detikINET

"Persoalan hoax, ujaran kebencian, fitnah dalam kampanye adalah racun dan virus demokrasi yang merusak demokrasi. Maka, perlu kita lawan bersama," kata Abhan.

Sementara itu, Ketua KPU Arief Budiman menuturkan bahwa kelak akan banyak aktivitas yang makin nyata untuk menangkal dan melawan apapun yang mungkin bisa menjadi virus penganggu jalannya pemilu.

"Kegiatan semacam ini akan terus kita sebarkan, bukan hanya berhenti di tingkat pusat, karena penyebaran hoax kalau tidak tersebar di pusatnya itu saya lihat disebarkan di kampung-kampung kecil. Maka, saya akan meminta KPU provinsi dan kabupaten/kota untuk bekerja sama dengan berbagai pihak," kata Arief.

(agt/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2t0VZQF
via IFTTT

Huawei: Berseteru dengan AS, (Berharap) Hidup Damai di India

Jakarta - Dalam beberapa waktu belakangan, Huawei terus terlibat konflik dengan Amerika Serikat. Mulai dari penangkapan Meng Wanzhou, CFO Huawei, hingga dicekalnya perusahaan asal China tersebut dalam menggelar teknologi 5G.

Untuk hal yang disebutkan terakhir, AS bukan satu-satunya negara yang memberlalukannya. Britania Raya, Kanada, Australia, Selandia Baru, sampai Jepang pun memblokir Huawei untuk menjadi penyedia teknologi 5G di sana.

Di tengah-tengah penolakan tersebut, India jadi negara yang mungkin bisa memberikan Huawei kedamaian hidup. Pasar smartphone terbesar kedua di dunia setelah China itu masih membuka dirinya untuk bekerja sama dengan Huawei dalam mengembangkan 5G.

Hal tersebut tampak dari kedatangannya ke Negeri Gangga pada Desember lalu. Saat itu, pemerintah setempat mengundang Huawei untuk ikut serta dalam uji coba 5G di lapangan bersama sejumlah perusahaan lain seperti Nokia, Samsung, dan Ericsson, sebagaimana detikINET kutip dari CNBC, Kamis (31/1/2018).

Amitendu Palit, ahli kebijakan perdagangan dan ekonomi dari National University of Singapore, mengatakan bahwa teknologi 5G yang dimiliki oleh Huawei dapat menguntungkan India. Salah satunya lantaran harganya yang seharusnya lebih murah dibanding pemain luar negeri lainnya.

Pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi ini berencana untuk beralih dari 4G menjadi 5G pada 2020 mendatang. New Delhi, ibu kota India, juga berencana untuk melakukan lelang spektrum 5G kepada sejumlah provider lokal, walau para pemain seperti Vodafone Idea dan Bharti Airtel ingin hal tersebut ditunda sampai 2020.

Potensi Campur Tangan AS di India

Sayangnya, usaha Huawei untuk bernapas lega di India bisa jadi akan diusik oleh, lagi-lagi, Amerika Serikat. Hal ini terkait dengan proses hukum yang sedang dijalani oleh Meng Wanzhou.

"India tidak akan terlepas dari dampak perang teknologi antara Amerika dan China. Dengan pemerintah AS memburu Huawei, perhatian pemerintah India terhadap perusahaan tersebut akan lebih ketat," ujar C. Raja Mohan, analis kebijakan luar negeri India.

Negeri yang dikenal dengan Taj Mahal ini merupakan pemain krusial bagi AS dalam menggoyang dominasi China di Asia. Selain itu, keduanya merupakan sekutu di bidang pertahanan.

Terlebih, India juga sempat punya masalah dengan Huawei. Pada 2014 lalu, negara tersebut melakukan investigasi terhadap perusahaan itu, yang dituding membajak jaringan Bharat Sanchar Nigam, salah satu provider di sana, dengan klaim tersebut dibantah oleh Huawei India.

Hal itu berakar dari keputusan pemerintah dalam memblok para pemain telekomunikasi lokal untuk mengimpor perlengkapan dari China. Hal tersebut terkait dengan ketakutannya terhadap potensi spionase yang dilakukan oleh Negeri Tirai Bambu.

Meski demikian, di tengah-tengah perlawanan sejumlah negara terhadap Huawei, Mohan mengatakan India harus meninjau ulang argumen lamanya itu. Lebih lanjut, India mungkin harus melihat Huawei dengan sudut pandang baru dalam menjalin kerja sama dengannya.

Semoga saja Huawei bisa hidup dengan damai di India. Kalau mau mencari damai (baca: Damai), ya salah satunya memang ke sana, karena itu merupakan nama daerah di Bengal Barat, India. (rns/rns)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2MHXZ9I
via IFTTT

Wah, Ada 21 Bayi se-Asia Tenggara yang Lahir di Mobil Grab

Jakarta - Proses persalinan memang perlu dilakukan sesegera mungkin demi keselamatan ibu dan cabang bayi. Meskipun bisa diprediksi, tapi kelahiran seorang bayi bisa datang tiba-tiba dan tidak bisa ditunda.

Hal tersebut bisa saja terjadi karena kepanikan sang calon ibu yang tiba-tiba mengalami kontraksi jelang melahirkan. Apalagi dalam kondisi di perjalanan menuju rumah sakit untuk melahirkan.

Dengan kondisi jalanan yang sering terjadi kemacetan menjadi kendala untuk mengantarkan sang calon ibu ke rumah sakit. Hal inilah yang menyebabkan beberapa bayi harus dilahirkan di perjalanan menuju rumah sakit.

Bicara melahirkan bayi dalam mobil, ternyata sering terjadi dalam beberapa pengalaman saat diantar oleh layanan Grab, secara khusus GrabCar. Bahkan, startup asal Singapura yang didirikan oleh Anthony Tan ini mencatat ada 21 bayi yang lahir dalam perjalanan di GrabCar selama 7 tahun layanan berjalan di seluruh Asia Tenggara.

"Dan pasti kami tidak akan pernah melupakan 21 bayi yang lahir dalam perjalanan bersama kami," tulis Grab dikutip dalam laman resminya, Rabu (30/1/2019).

Bahkan, beberapa waktu lalu, di Indonesia ada dua bayi yang diberi nama yang mengandung unsur Grab, yakni Grabya Adinda Pratiwi dan Grabiella Adinda Mecca.

Perjalanan Grab selama 7 tahun sejak 2012 ini memang mengalami banyak memori yang tak terlupakan. Grab pun membuat berbagai memori kenangan-kenangan di laman resminya seperti tercatat 21 bayi yang telah dilahirkan dalam GrabCar selama 7 tahun tersebut.

"Kami telah mengantarkan Anda untuk kencan pertama, dan juga pergi menuju pernikahan anak Anda. Selama tujuh tahun kita telah menempuh perjalanan bersama, serta mengukir memori indah di sepanjang perjalanan. Ingat pertama kali Anda jatuh cinta dalam perjalanan bersama Grab?" kenang Grab.

Di Indonesia sendiri, Grab saat ini telah beroperasi di 222 kota dan semakin memperkuat posisinya sebagai everyday super app dengan cakupan terluas dari Sabang sampai Merauke. Sejalan dengan ekspansinya, Grab saat ini juga memimpin pasar ride-hailing di Indonesia dengan 60% pangsa pasar di segmen kendaraan roda dua dan 70% pangsa pasar di segmen kendaraan roda empat.

(idr/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2WD9i7M
via IFTTT

Driver Grab Paling Sering ke Mal dan Bioskop, Ini Buktinya

Jakarta - Bioskop merupakan tujuan bagi semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Bahkan, bioskop/mal menjadi salah satu tujuan pengemudi Grab paling banyak sejauh ini.

"Bioskop/Mal, mitra pengemudi Grab telah menyelesaikan lebih dari 207 juta perjalanan ke bioskop/mall," tulis Grab dalam rilis resminya, Rabu (30/1/2019).

Dirangkum Grab, telah tercatat pula 1 miliar perjalanan pada Oktober 2017 lalu. Bahkan, 2 miliar perjalanan dapat tercapai pada sembilan bulan setelahnya. Dalam waktu 6 bulan setelah itu, pada hari Minggu 20 Januari 2019, Grab mencapai 3 miliar perjalanan.

"Tentunya pencapaian 3 miliar perjalanan Grab di seluruh Asia Tenggara ini tidak terlepas dari kerja keras mitra pengemudi kami yang telah mengantar jutaan penumpang di Indonesia ke berbagai fasilitas sosial yang penting bagi mereka sepanjang tahun 2018," tulis Grab.

3 miliar perjalanan tersebut meliputi bioskop/mal 207 juta perjalanan, taman dengan 45 juta perjalanan, rumah ibadah 9 juta perjalanan, Asian Games 110 juta perjalanan. Kemudian rumah sakit sebanyak 98 juta perjalanan, sekolah/kampus 104 juta perjalanan, dan rumah duka lebih dari 889 ribu perjalanan.

"Grab saat ini beroperasi di 222 kota di seluruh Indonesia dan semakin memperkuat posisinya sebagai everyday super app dengan cakupan terluas dari Sabang sampai Merauke. Sejalan dengan ekspansinya, Grab saat ini juga memimpin pasar ride-hailing di Indonesia dengan 60% pangsa pasar di segmen kendaraan roda dua dan 70% pangsa pasar di segmen kendaraan roda empat," papar rilis Grab.

(mul/mpr)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2RoDWxK
via IFTTT

Terbang 250 Kali Setahun, Elon Musk Dituding Boros

Jakarta - Elon Musk dikenal suka mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan. Itu salah satu sebab dia menciptakan mobil listrik Tesla. Tapi menjadi ironis karena dia ternyata boros sekali terbang dengan pesawat pribadi.

Dari data yang didapatkan oleh Washington Post, CEO SpaceX dan Tesla itu melakukan perjalanan total sejauh 241 ribu kilometer pada tahun 2018 menggunakan pesawat pribadinya. Itu membuat dia menjadi salah satu triliuner yang paling sering terbang.

Bahkan tercatat pesawat pria yang ingin mengekspansi planet Mars itu melakukan perjalanan udara hanya sejauh 32 kilometer dari selatan Los Angeles ke utara. Si pesawat diketahui menjemput Musk di bandara terdekat.

Padahal, penerbangan adalah salah satu aktivitas yang paling banyak melepaskan emisi karbon. Dan semakin terlihat boros karena pesawat pribadi seperti milik Elon hanya ditumpangi sedikit orang.

Menurut Washington Post, Elon diasumsikan terbang sebanyak 250 kali dengan jarak tempuh tersebut. Lebih banyak 100 kali dibandingkan pemilik Amazon yang orang terkaya di dunia, Jeff Bezos.

Sebagian besar biaya penerbangan Musk pun ditanggung oleh Tesla. Pada tahun 2017, Apple menghabiskan biaya USD 93 ribu untuk penerbangan CEO Tim Cook dan di tahun yang sama, Tesla keluar uang USD 700 ribu untuk Musk.

Pesawat terbang Musk diketahui jenis Gulfstream G650ER. Harganya di kisaran USD 70 juta dan tentu sangat mewah. Ketika dikonfirmasi, pihak Tesla menyatakan tidak ada pilihan bagi Musk agar lancar melakukan kegiatan bisnis selain dengan pesawat.

"Sampai kita bisa melakukan teleportasi, sayangnya tidak ada alternatif lain yang akan memungkinkan dia bekerja dengan sama efektif," kata juru bicara Tesla, Dave Arnold yang dikutip detikINET dari Venture Beat.

(fyk/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2sWtpjC
via IFTTT

Sudah Tahu? Sinyal Wi-Fi Diklaim Bisa untuk Cas Baterai

Boston - Para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengungkapkan temuan yang membuat teknologi wireless charging jadi tampak jadul. Mereka berhasil membuat perangkat yang mampu mengonversi energi dari sinyal Wi-Fi menjadi daya untuk mengecas baterai perangkat elektronik.

Jenis perangkat yang dibuat oleh peneliti MIT ini disebut rectenna, yang mampu mengonversi gelombang elektromagnetik AC menjadi kelistrikan DC. Lantas, apa yang membuat temuan mereka berbeda dari rectenna pada umumnya?

Tim peneliti tersebut mengklaim bahwa ini merupakan jenis baru rectenna yang menggunakan antena frekuensi radio untuk menangkap gelombang elektromagnetik, dalam hal ini adalah Wi-Fi, sebagai gelombang AC. Mereka menjelaskannya dalam laporan yang dipublikasi di jurnal Nature.

Antena tersebut kemudian terhubung ke perangkat dengan semikonduktor di dalamnya. Sinyal AC tadi masuk ke semikonduktor yang bertugas untuk mengubahnya menjadi daya DC agar kemudian bisa digunakan untuk mengecas baterai.

Dalam tahap awal, sejumlah penerapan yang menjanjikan bagi perangkat ini disebut akan menyasar keperluan medis, LED, dan sensor untuk perangkat internet of things (IoT). Lebih lanjut, selain fleksibel, rectenna generasi baru ini juga diklaim dapat diproduksi secara massal untuk mencakup area yang luas.

Perangkat ini sendiri bisa menghasilkan daya sekitar 40 microwatt dari sinyal wi-fi pada umumnya (sekitar 150 microwatt). Itu lebih dari cukup untuk menyalakan LED atau mengisi daya ke chip.

Untuk ukuran baterai smartphone memang kecil. Meski demikian, pihak MIT menyebut tingkat efisiensinya bisa mencapai 40%, tergantung sinyal yang diberikan oleh sumber wi-fi.

Menarik untuk ditunggu bagaimana kelanjutan dari perangkat ini. Bukan tidak mungkin, rectenna generasi baru ini kelak bisa digunakan untuk mengisi daya baterai smartphone, tablet, hingga wearable.

(mon/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2RVwvn1
via IFTTT

Ketika CEO Bukalapak Dibikin 'Meleleh' Pengorbanan Karyawannya

Jakarta - Konser John Mayer yang akan berlangsung di Jakarta pada 5 April 2019 disambut antusias. Tiketnya begitu cepat ludes dan banyak yang tak kebagian termasuk netizen ini. Tapi berkat bantuan seorang karyawan Bukalapak, dia bakal bisa menononton konser penyanyi idamannya.

Melalui Instagram, sang netizen mengisahkan bahwa dirinya dan suami berburu tiket melalui Bukalapak. Usahanya itu tidak berhasil. Ia gagal mendapatkan tiket meski sudah melalui prosedur yang diminta.

"Gw sm laki gw termasuk pembeli yang kecewa sama @bukalapak karena ga kebagian tiket John Mayer padahal ud daftar dan ikutin cara yang diminta. Gak masuk2 tuh ke aplikasinya begitu masuk udah abis tiketnya. Sebel bgt dan itu kejadian bukan cuma sama gw tapi sama temen-temen gw yang lain," kisahnya.

Tapi sejurus kemudian, ia berkomunikasi dengan salah seorang pegawai Bukalapak yang menurutnya sigap mendengarkan segala keluh kesah. Nah, aksi sang karyawan Bukalapak kemudian cukup mengejutkan

"Singkat kata si @venvey ini dengan suka rela kasih tiketnya dia 2 biji ke gw sama laki gw. My dreams come true, alhamdulillah," tulisnya.

Ketika CEO Bukalapak Dibikin 'Meleleh' Pengorbanan KaryawannyaFoto: istimewa

Sang netizen pun mengapresiasi 'pengorbanan' karyawan tersebut demi konsumen, sehingga menceritakannya di media sosial. "Mas @achmadzaky, salut buat karyawanya. Yg gini nih hrs diapresiasi dgn baik sebagai contoh tulus membantu," tambah dia.

Ketika dihubungi, Achmad Zaky yang adalah pendiri dan CEO Bukalapak mengaku bangga dengan pegawainya itu. "Keren banget nih karyawanku, sedih dan bangga sampai ganti tiketnya customer yang marah2 gak dapet tiket John Mayer," kata Zaky kepada detikINET.

"Ini anak kalau customer gak mention aku gak ada yang tahu di perusahaan. Bener-bener genuine mas. Inspirasi buat semua karyawan di seluruh Indonesia, customer no 1," pungkas dia.

(fyk/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2UsJfy6
via IFTTT

Jeff Bezos vs Bill Gates dalam Hal Sedekah... Beda Banget!

Jakarta - Jeff Bezos, orang terkaya dunia saat ini, sudah lama dikenal kurang banyak beramal. Sedangkan Bill Gates sebaliknya. Penilaian itu kembali mendapat pembuktian dalam laporan terbaru oleh The Chronicle of Philanthropy.

Bezos yang tengah dalam proses cerai dengan istrinya, MacKenzie, hanya memberi amat sedikit uang untuk amal jika dibandingkan jumlah kekayaannya. Bahkan lebih rendah dari yang digelontorkan presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Dari kekayaannya yang dalam penelitian ini dipatok USD 160 miliar, Bezos hanya mendonasikan uang sebesar 0,0906%. Tepatnya seperti dikutip detikINET dari Daily Mail, di kisaran USD 145 juta.

Bandingkan dengan Bill Gates sang pendiri Microsoft, yang menjadi sosok paling banyak beramal di Amerika Serikat. Chronicle of Philanthropy menyebut gates mendonasikan 36% dari hartanya untuk filantropi.

Adapun pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, tercatat menyumbangkan 4% dari kekayaannya. Sedangkan Donald Trump mendonasikan 3% dari hartanya yang berada di kisaran USD 3 miliar.

Ini Bukti Jeff Bezos Kikir dan Bill Gates DermawanFoto: istimewa

Bezos memang sudah cukup lama dikenal amat kurang aktif dalam beramal. Baru pada tahun lalu, dia agak tergerak memberikan sebagian kecil dari uangnya.

Pada September 2018, Bezos mengumumkan dana sebesar USD 2 miliar (Rp 29 triliun) untuk membantu keluarga tunawisma dan membuat jaringan non-profit preschool di lingkungan komunitas berpenghasilan rendah.

Badan amal yang disebut Bezos Day One Fund ini akan fokus kepada dua inisiatif. Pertama, memberikan dana bantuan kepada organisasi non-profit yang telah ada dan memberikan penghargaan tahunan kepada organisasi yang membantu keluarga tunawisma.

Bezos mengatakan bahwa badan amal ini akan dijalankan menggunakan prinsip yang sama dengan yang digunakan untuk mengelola Amazon. "Kami akan menggunakan serangkaian prinsip yang sama yang telah mendorong Amazon," sebutnya ketika itu.

"Yang paling penting di antara prinsip tersebut adalah obsesi terhadap pelanggan yang paling tulus. Anak-anak tersebut yang akan menjadi pelanggan," imbuh Bezos.

(fyk/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2sYGqZL
via IFTTT

Facebook Rekrut Dua 'Musuh' Besar

Jakarta - Facebook baru saja mempekerjakan Nate Cardozo untuk posisi penting terkait kebijakan privasi. Yang menarik, Cardozo adalah pengkritik paling vokal yang menyoroti masalah privasi di layanan Facebook.

Tak sembarangan, Cardozo sebelumnya adalah penasihat hukum terpandang dari badan pengawas keamanan privasi Electronic Frontier Foundation. Langkah merekrut Cardozo itu diambil Facebook menyusul rencananya mengintegrasikan tiga layanan miliknya, Facebook, Instagram, dan WhatsApp.

Keberadaan Cardozo di posisi penting ini memperlihatkan bagaimana Mark Zuckerberg selaku pemilik perusahaan, punya rencana lebih jauh terkait keamanan privasi.

Seperti diketahui, Facebook menghadapi sorotan tajam dari banyak pihak, salah satunya komisi Uni Eropa, dalam upayanya mengintegrasikan media sosialnya dengan WhatsApp.

Komisi Perlindungan Data Irlandia bahkan dengan tegas menyebutkan, langkah ini terlarang karena berkaitan dengan isu privasi.

Cardozo sendiri, seperti dikutip dari CNBC, Rabu (30/1/2019), beberapa waktu lalu menyuarakan pendapatnya terkait hal ini.

"Mungkin Anda tidak begitu peduli dengan eksploitasi data yang dilakukan sebuah perusahaan, dan menganggap Anda tidak punya data yang disembunyikan," kata Cardozo saat itu.

"Namun Facebook mengandalkan itu. Model bisnisnya bergantung pada apatisme kita mengenai privasi. Ini sesuatu yang salah dari kacamata hukum maupun etika," sambungnya.

Sejauh ini, belum ada tanggapan resmi dari Cardozo mengenai keterlibatannya kini secara langsung di internal Facebook. Cardozo hanya mengonfirmasi kepindahannya ke Facebook melalui akun media sosialnya.

Tak hanya Cardozo, Facebook juga merekrut mantan "musuh" lain, yakni Robyn Green. Ia merupakan alumni pengawas kebijakan privasi Open Technology Institute, yang dulu juga vokal terhadap Facebook.

Melalui Twitter, Green juga mengonfirmasi bahwa dirinya resmi meninggalkan Open Technology Institute dan pindah ke Facebook sebagai Privacy Policy Manager.

"Saya akan fokus mengurusi akses penegakan hukum dan isu perlindungan data," singkat Green.

(rns/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2Tl40vB
via IFTTT

Demi Olimpiade Tokyo 2020, Pemerintah Bebas Retas Perangkat IoT

Jakarta - Umumnya, pemerintah jadi sasaran peretasan dari para hacker. Bagaimana jadinya bila yang terjadi sebaliknya?

Ya, pemerintah Jepang memperbolehkan pekerjanya meretas perangkat Internet of Things (IoT) yang dinilai tidak aman.

Langkah tersebut diambil sebagai bagian survei nasional dari pengamanan pada perhelatan Olimpiade 2020 yang digelar di Tokyo.

Survei akan dilakukan oleh karyawan National Institute of Information and Communications Technology (NICT) yang di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang.

Survei yang dimaksud, pekerja dari NICT ini akan berusaha masuk ke perangkat IoT yang dimiliki konsumen Jepang ini sebagai upaya pengukuran keamanan mereka atau kekuranganya ada di mana.

Setelah itu, dari daftar perangkat IoT yang dinilai tak aman, misalnya menggunakan password standar, pekerja NICT akan meneruskan informasi tersebut ke otoritas dan ISP. Nanti dilanjutkan mereka agar memberi tahu kepada konsumen tentang bagaimana cara mengamankan perangkat ini dengan benar.

Dikutip dari Tech Radar, Rabu (30/1/2019), survei tersebut akan dimulai bulan depan, yakni ketika NICT berencana menguji keamanan password lebih dari perangkat IoT yang diawali dengan perangkat router dan web camera.

Pemerintah Jepang memutuskan untuk melakukan survei yang tidak konvensional sebagai penguji persiapan Olimpiade 2020 Tokyo. Mereka telah menyetujui amandemen hukum yang memungkinkan pekerja pemerintah meretas perangkat IoT yang tak aman.

Pemerintah negeri Matahari Terbit ini khawatir apabila ada hacker yang mengeksploitasi perangkat IoT yang menggunakan password biasa saja untuk melancarkan serangan terhadap infrastruktur IT. Kasus ini pernah terjadi di Olimpiade musim dingin Pyeongchang, Korea Selatan.

Meski begitu, rencana pemerintah Jepang itu mendapat kritik dari banyak pihak. Bila upaya peretasan itu berhasil, tidak ada jaminan bahwa konsumen akan meluangkan waktu untuk memperbarui password perangkat IoT mereka. (rns/rns)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2Wt0Bg9
via IFTTT

Indosat Donasikan Komputer buat Pendidikan dan Pemberdayaan SDM

Yogyakarta - Sebagai perusahaan teknologi, Indosat Ooredoo memahami pentingnya pendidikan dan inovasi di Indonesia. Hal itu pula yang menjadi salah satu fokus corporate social responsibility (CSR) Indosat, bersama dengan pemberdayaan perempuan dan kesehatan.

Direktur Utama dan CEO Indosat Ooredoo, Chris Kanter pun menegaskan pentingnya kerjasama antara Indosat dengan universitas di Indonesia dalam hal mengembangkan inovasi. Hal ini disampaikannya di acara Kumpul Media 2019 di Yogyakarta.

"Jadi kerjasama dengan pendidikan tinggi itu, dengan universitas, menjadi sangat krusial. Karena bukan saja mereka bisa memakai Indosat sebagai tempat internship, sebagai tempat men-develope kurikulum," jelas Chris.

"Begitu juga kita dalam mengembangkan inovasi-inovasi kita menggunakan baik mahasiswanya, baik hal-hal yang bisa kita kembangkan dan digunakan oleh kita," sambungnya.

Untuk itu, Indosat pun membagikan sejumlah perangkat komputer kepada Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah untuk mendukung program pengembangan pendidikan dan pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) yang dijalankan oleh Universitas Ahmad Dahlan.

Selain itu, Chris menambahkan bahwa hingga akhir tahun 2018, 84.230 orang telah merasakan manfaat dari inisiatif Indonesia Belajar. Inisiatif ini sendiri telah berjalan sejak tahun 2006.

Sepanjang tahun 2018, kegiatan CSR Indosat juga berhasil membantu 712.462 orang di seluruh Indonesia melalui berbagai program kegiatan sosial. Chris menegaskan kerjasama dan kegiatan sosial seperti itu akan tetap menjadi fokus penting Indosat.

"Sebagai perusahaan publik, kita wajib punya CSR. Karena kita lagi fokus ekspansi, tapi CSR itu tetap harus ada," pungkasnya.

(vim/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2MECtCJ
via IFTTT

Nada Sumbang soal 'Merger' WhatsApp, Instagram, dan Facebook Messenger

Jakarta - Rencana Facebook untuk menggabungkan ketiga layanannya, WhatsApp, Instagram, dan Facebook Messenger menarik perhatian pengawas data Eropa, tepatnya Komisi Perlindungan Data Irlandia.

Komisi tersebut memahami bahwa niatan mengintegrasikan ketiga layanan ini masih dalam pengembangan awal dan masih wacana. Meski begitu, Komisi Perlindungan Data Irliandia meminta jaminan Facebook bahwa rencana itu sudah sesuai dengan peraturan privasi yang tercantum pada General Data Protection Regulation (GDPR).

Sebelumnya, pada tahun 2016, Facebook berusaha membagikan data pengguna pribadi yang dikumpulkan oleh WhatsApp dengan bisnis yang lebih besar. Tetapi upaya tersebut dibatalkan usai penyelidikan yang dilakukan pengawas perlindungan data Inggris.

Usulan yang dicetuskan oleh CEO Facebook Mark Zuckerberg juga dikritik oleh anggota parlemen di Amerika Serikat (AS). Andai Facebook tidak mengakuisisi WhatsApp dan Instagram, maka bisa berdampak persaingan yang lebih positif.

"Bayangkan betapa berbedanya dunia jika Facebook harus bersaing dengan Instagram dan WhatsApp. Itu akan mendorong persaingan nyata terkait privasi dan memberi manfaat bagi konsumen," ujar Ro Khanna, seorang anggota parlemen yang mewakili wilayah Silicon Valley, AS, dilansir The Verge, Selasa (29/1/2019).

Persoalan lain adalah, apabila ketiga layanan ini diintegrasikan, WhatsApp bisa kehilangan tajinya yang selama ini mereka pegang, tak lain adalah enkripsi end to end. Artinya, penggunannya bisa kabur.

Menurut kalian, gimana?

(agt/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2RoS9dU
via IFTTT

Go-Jek Mau Masuk Malaysia?

Jakarta - Go-Jek terus melebarkan sayap bisnis layanannya di Asia Tenggara. Yang terbaru, Go-Jek dikabarkan berminat untuk masuk ke Malaysia.

Sejak pengumuman go internasional pada pertengahan tahun lalu, Go-Jek akan menyambangi Thailand, Vietnam, Singapura, dan Filipina. Untuk nama negara yang disebut terakhir, kehadiran Go-Jek di sana terbentur regulasi.

Sampai saat ini, seperti yang disampaikan oleh Pendiri Go-Jek Kevin Aluwi, pihaknya terus melakukan pembahasan dengan otoritas setempat untuk mendapatkan izin layanan di Filipina.

"Kami sedang berbicara dengan semua lembaga pemerintah (Filipina-red) dan kami optimis akan segera berada di pasar," ujar Aluwi dilansir dari Reuters, Selasa (29/1/2019).

Saat pembahasan tersebut berlangsung, Aluwi juga disebut mengindikasikan Go-Jek sedang menjajaki kemungkinan untuk memperluas layanan ke Malaysia.

Menurut laporan dari Google-Temasek, layanan ride hailing di Asia Tenggara diperkirakan bakal melonjak hingga hampir USD 30 miliar pada tahun 2025 dari USD 7,7 miliar pada tahun 2018.

Go-Jek juga dikabarkan tengah membuka pendanaan terbaru dengan membidik investasi sebesar USD 2 miliar. Ketiga perusahaan, yakni Google, Tencent, dan JD.com dilaporkan telah menanam investasi di Go-Jek sebesar USD 920 juta atau sekitar Rp 12,9 triliun (kurs USD 1 = RP 14.064).

Apabila investasi dari ketiga perusahaan ini disepakati, maka akan membuat valuasi Go-Jek mencapai USD 9,5 miliar atau setara Rp 133 triliun. Valuasi tersebut tentunya bisa mendekatkan Go-Jek sebagai startup pertama Indonesia yang menyabet 'gelar' decacorn, sebuah istilah perusahaan rintisan yang nilainya lebih dari USD 10 miliar.

(agt/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2RmiucQ
via IFTTT

7 Tahun, Grab Tempuh Jarak 21 Miliar Kilometer di Asia Tenggara

Jakarta - Perusahaan ride hailing asal Singapura, Grab, kini semakin tumbuh subur di Asia Tenggara. Sejak perjalanan pertamanya di tahun 2012, kini Grab telah menempuh jarak 21.065.336.859 kilometer perjalanan bersama costumer se-Asia Tenggara.

"Kita telah menempuh perjalanan panjang bersama. Ya, Anda dan kami. Sejak perjalanan pertama kita di tahun 2012, kita telah menempuh lebih dari 21.065.336.859 kilometer bersama," tulis Grab, seperti yang detikINET lihat di laman resminya, Selasa (29/1/2019).

Dengan demikian, dalam jangka waktu selama 7 tahun berjalan, bisnis yang dirintis Anthony Tan asal Malaysia ini kini telah tumbuh menjadi aplikasi layanan kendaraan panggilan terbesar di Asia Tenggara. Bahkan, jika jumlah jarak yang telah dihitung terakhir oleh Grab pada 20 Januari 2019 pukul 21:34:32 (SGT) itu, jika dihitung jarak bulan dan bumi, sama dengan menempuh pulang pergi sebanyak 27.400 kali.

"Pernah dengar kan orang berkata 'loving you to the moon and back'? Dengan jarak tersebut, kita sudah bisa pergi ke Bulan dan kembali sebanyak 27.400 kali," tulis grab.

Saat ini Grab di seluruh Asia Tenggara, Grab telah tersebar di 8 negara, yakni Malaysia, Singapura, Indonesia, Thailand, Vietnam, Cambodia, Myanmar, dan Filipina. Di Indonesia sendiri, Grab telah beroperasi di 222 kota di seluruh Indonesia.

Dengan modal perjalanan yang telah ditempuh jarak 21 miliar kilometer ini, dan tentu akan terus bertambah, maka semakin memperkuat posisinya sebagai everyday super app dengan cakupan terluas dari Sabang sampai Merauke.

Dengan valuasi di atas USD 10 miliar, pada tahun 2018 lalu Grab menjadi pertama dan satu-satunya decacorn di Asia Tenggara. Sejalan dengan ekspansinya, Grab saat ini juga memimpin pasar ride-hailing di Indonesia dengan 60% pangsa pasar di segmen kendaraan roda dua dan 70% pangsa pasar di segmen kendaraan roda empat.

(ega/krs)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://bit.ly/2TiTchl
via IFTTT