Judul : Mantan Pekerja Serabutan Punya Startup Bernilai Triliunan
link : Mantan Pekerja Serabutan Punya Startup Bernilai Triliunan
Mantan Pekerja Serabutan Punya Startup Bernilai Triliunan
Jakarta - Saat menjalankan bisnis katering, Steven Lam Hoi-yuen baru menyadari potensi layanan transportasi van di Hong Kong. Semuanya berawal dari kesulitan mendapatkan mobil van.Steven merasakan sendiri susahnya menyewa van untuk mengantarkan katering. Setiap hari, Steven menelepon nomor call centre yang sibuk untuk menyewa van. Sulit mendapatkan van melalui call centre.
Di saat bersamaan, Steven memperhatikan bahwa di jalanan yang dilaluinya setiap hari, banyak van menganggur di parkiran, menunggu pekerjaan.
"Kebanyakan bisnis sukses dimulai dari masalah yang berusaha dipecahkan. Jika masalahnya cukup besar, ini akan membantu untuk membuat bisnis tersebut lebih besar," kata Steven, dalam sebuah wawancara yang dikutip dari South China Morning Post, Senin (4/9/2017).
Inilah yang kemudian membuatnya memikirkan cara lebih efisien untuk bisa menyewa van. Dengan smartphone di tangan setiap orang saat ini, menurutnya akan lebih mudah untuk memungkinkan van bisa dipesan lewat aplikasi. Maka, dibuatlah aplikasi GoGoVan.
"Bagi kami, GoGoVan adalah sesuatu yang kami cintai. Itu sebabnya kami senang mengembangkannya," ujarnya.
Mantan Pekerja Serabutan
Lahir dari keluarga miskin, dia hidup di sebuah perumahan rakyat di Kowloon. Steven pernah putus sekolah saat di bangku SMA pada 2005. Ini membuatnya harus meninggalkan Hong Kong pada 2005 dan pindah ke Amerika Serikat (AS).
Di AS, dia dititipkan ke salah satu kerabatnya agar bisa melanjutkan sekolah di California. Berkat ketekunannya, Steven berprestasi dan diterima masuk ke University of California, Berkeley, jurusan bisnis.
Tak mau merepotkan kerabat yang ditumpanginya, Steven bekerja serabutan sambil kuliah untuk membiayai kuliah. Berbekal kemampuan yang dipelajarinya secara otodidak, dia menerima jasa memperbaiki iPhone, sepeda, bahkan menjual barang elektronik di eBay. Dia juga pernah menjadi penjual hot dog.
|
GoGoVan Bernilai Triliunan
Saat ini, GoGoVan yang didirikan Steven bersama dua temannya menjadi startup unicorn pertama Hong Kong. GoGoVan mengubah nasibnya ketika sukses menarik investasi dari New Horizon Capital, Singapore Press Holdings dan Alibaba Hong Kong Entrepreneurs Fund.
Valuasinya saat ini mencapai lebih dari USD 1 miliar atau sekitar Rp 13,3 triliun setelah merger dengan 58 Suyun, raksasa bisnis kargo di daratan China.
Setelah bergabung, GoGoVan dan 58 Suyun berencana untuk berekspansi ke seluruh daratan China dan Asia Tenggara. Cita-cita besarnya, keduanya ingin menjadi platform logistik intra-kota terbesar di dunia.
Sementara Steven, akan menjadi CEO dari perusahaan merger ini. Steven mengaku tak pernah terpikir bisnis yang dirintisnya pada 2013 bisa sejauh ini. Dia kerap mengingat saat dulu memulai bisnis ini dengan modal awal 20 ribu dolar Hong Kong atau sekitar Rp 34 juta.
Dia memilih untuk menaruh uang tabungannya untuk membuat startup karena dia percaya akan bisnis yang dirintisnya. Dia dan dua pendiri lainnya berusaha irit makan demi menumbuhkan startup tersebut.
"Kami menyewa ruangan kecil di gedung tua yang hanya cukup untuk duduk tiga sampai empat orang. Lift-nya sering mati dan kami kehabisan uang dalam dua bulan," kenang Steven.
Kesuksesan yang sedang dicicipinya saat ini tetap membuat Steven rendah hati dan terus belajar. Hal menarik yang kerap dicecar media saat mewawancarainya adalah soal kepemilikan rumah.
Tak teman-temannya kebanyakan, membeli hunian tidak masuk dalam daftar keinginan Steven. Meski sudah punya startup bernilai triliunan, Steven masih tinggal di perumahan rakyat yang dulu ia tinggali semasa kecil bersama orangtuanya.
Dia selalu ditanya apakah berniat membeli rumah. Bukannya tak ada uang atau terlalu pelit, Steven punya pemikiran sendiri soal kepemilikan rumah yang tidak menjadi prioritasnya.
"Jika mimpi Anda membeli rumah, maka impian itu berakhir ketika Anda sudah punya rumah. Saya ingin saat tua nanti, saya memberitahukan anak cucu bahwa saya melakukan sesuatu yang hebat, sebuah terobosan. Bukan bercerita saya bisa membeli rumah," ujarnya.
Dalam sebuah konferensi pers saat mengumumkan merger GoGoVan dengan 58 Suyun, Steven mendorong wartawan ke arah diskusi mengenai kewirausahaan ketimbang membicarakan rencana membeli properti.
"Tidak ada yang salah dengan keinginan membeli rumah, karena kita memang perlu tempat tinggal. Tapi saya tidak ingin media membicarakan merger kemudian menanyakan kemungkinan saya membeli properti. Saya ingin membicarakan bagaimana cara agar GoGoVan sebagai brand yang mewakili Hong Kong bisa hebat," sebutnya.
Namun dia mengakui, obsesi warga Hong Kong akan hunian yang sangat mahal ikut berimbas pada kesulitannya saat meluncurkan GoGoVan.
"Saya ingin meminjam uang dari teman saay akan memulai GoGovan, namun mereka menabungnya untuk membeli apartemen. Mereka bilang, jika saya gagal, mereka kehilangan rumah yang didambakan. Sulit bagi saya untuk meminjam uang," terangnya.
Sementara kepemilikan rumah menjadi prioritas warga Hong Kong, para anak muda di kota ini sendiri kesulitan merealisasikan impian mereka di tengah harga properti yang terus melambung tinggi. Steven pendapat sendiri mengomentari fenomena ini.
"Dalam masyarakat kita, mendapatkan pekerjaan yang mapan dan membeli rumah sangat mengakar dalam pemikiran. Ketika generasi kita berjuang mendapatkan tempat tinggal atau memenuhi kebutuhan dasar, tidak ada ruang bagi mereka untuk menjadi inovatif. Ini masalah besar," tutupnya. (rns/fyk)
from inet.detik http://ift.tt/2eUK8xf
via IFTTT
Demikianlah Artikel Mantan Pekerja Serabutan Punya Startup Bernilai Triliunan
Anda sekarang membaca artikel Mantan Pekerja Serabutan Punya Startup Bernilai Triliunan dengan alamat link https://berita-sekarang-indo.blogspot.com/2017/09/mantan-pekerja-serabutan-punya-startup.html
0 Response to "Mantan Pekerja Serabutan Punya Startup Bernilai Triliunan"
Post a Comment