Judul : Mencintai Aplikasi Apakah Berarti Mempercayainya?
link : Mencintai Aplikasi Apakah Berarti Mempercayainya?
Mencintai Aplikasi Apakah Berarti Mempercayainya?
Jakarta - Aplikasi memperkaya gaya hidup dan meningkatkan cara kita menjalani hidup dan bekerja. Kita menggunakan aplikasi setiap hari di berbagai platform dan perangkat, bahkan mungkin sudah mencintai beberapa aplikasi ini. Tak diragukan lagi, aplikasi telah menjadi aspek tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Namun, kita sering mengabaikan fakta mendasar bahwa kita tidak selalu harus mempercayai aplikasi-aplikasi tersebut.Awal tahun ini, seorang hacker dengan sebutan Jmaxxz, menemukan cacat pada aplikasi aplikasi MyCar untuk perangkat iOS dan Android. Dengan aplikasi ini pengguna dapat membuka dan mengunci mobil dari jarak jauh atau dapat dengan mudah menemukan mobil mereka di tempat parkir yang ramai.
Jmaxxz membeli aplikasi ini untuk kekasihnya agar dia bisa memanaskan mobilnya saat musim dingin sehingga ruang dalam mobilnya hangat saat dimasuki. Namun, seperti halnya di banyak aplikasi, ternyata ada kerentanan yang tak bisa diabaikan. Kredensial administrator terpampang jelas tanpa bisa dihilangkan (hard-coded) di dalam program aplikasi dan server. Artinya, setiap hacker jahatyang ingin punya mobil baru bisa mendapatkannya dengan memanfaatkan kerentanan ini.
Inilah yang terjadi ketika pengguna mempercayai aplikasi tanpa syarat.
Jalan menakutkan untuk teknologi tanpa kepercayaan
The New York Times (NYT) membaca dan mempelajari 150 kebijakan privasi, dan menemukan bahwa dunia aplikasi dipenuhi dengan istilah-istilah legal yang sulit dimengerti, yang dirancang untuk membuat konsumen lelah dan terpaksa memilih antara mengklik "setuju dengan persyaratan" atau menghapus aplikasi tersebut sama sekali. Studi tersebut menemukan bahwa kebijakan privasi Facebook membutuhkan waktu sekitar 18 menit untuk membacanya serta memerlukan kemampuan pemahaman yang canggih.
Sebagian dari alasan rumitnya bahasa yang digunakan dalam kebijakan privasi adalah dunia aplikasi yang terus berkembang. Perusahaan-perusahaan teknologi lebih disorot dibandingkan sebelumnya, dengan adanya Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan dalam skala yang lebih besar, General Data Protection Regulation (GDPR) milik Uni Eropa.
GDPR mengharuskan perusahaan di seluruh dunia untuk melakukan peninjauan kembali pernyataan privasi mereka untuk disampaikan dalam "bentuk yang transparan dan mudah dipahami, dengan menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana."
Akibatnya, perusahaan-perusahaan pun menyajikan dokumen untuk konsumen dengan rincian informasi yang sangat panjang. Misalnya, NYT melaporkan bahwa kebijakan privasi Google versi tahun 1999 selesai dibaca hanya dalam waktu dua menit. Kebijakan privasi Google versi tahun 2018 memerlukan waktu 30 menit untuk membacanya.
Sebagai pengguna, rasanya kita sudah terlalu lama menganggap enteng tindakan memberikan data pribadi kepada brand dan pengembang aplikasi sebagai imbalan agar kita dapat mengakses pengalaman atau layanan yang seolah-olah gratis. Tanpa kita sadari, tindakan tersebutmembuat kita menjadi bagian dari produk.
Tetap waspada tanpa harus percaya
Dalam beberapa tahun belakangan, berkembang sebuah gerakan di berbagai perusahaan dengan kebijakan di lini pertama didasarkan pada model zero-trust. Ironisnya, meskipun brand-brand besar kehilangan kepercayaan publik, perusahaan-perusahaan pun merasa semakin sulit untuk mempercayai publik. Terlebih lagi, para penjahat siber bersembunyi di lautan pengguna sah yang mengarungi dunia maya dan masuk lewat pintu digital yang sama.
Inilah fenomena di era kepercayaan saat ini. Jadi, bagaimana seharusnya kita mempercayai aplikasi-aplikasi yang kita sukai dan gunakan setiap hari, ketika aplikasi-aplikasi tersebut bisa menjadi berbahaya, ketika batas antara apa yang kita gunakan dan kita takutkan berada di dua sisi mata uang yang sama?
Penulis Amerika, Suzanne Massie, mengajarkan kepada mendiang Presiden Ronald Reagan peribahasa Rusia, yang berbunyi Doveryai, no proveryai, artinya: Percaya boleh tetapi lakukan tindakan verifikasi. Sebagai pengguna Internet, kita sering lupa untuk memastikan benar tidaknya hal-hal yang kita temui. Sejujurnya, verifikasi perlu terjadi di tingkat organisasi dan pengguna.
Bagi perusahaan dan pengembang, salah satu caranya adalah dengan memandang publik sebagai auditor utama. Hal ini terutama karena kepatuhan (compliance) bersandar pada kemampuan menghasilkan bukti untuk mendokumentasikan kinerja keamanan yang konsisten dan menyeluruh dari waktu ke waktu.
Dengan demikian, hal ini memberikan transparansi dan jaminan yang konsisten kepada pengguna, yang mungkin dapat mengurangi risiko terhadap reputasi akibat terjadinya pembobolan dan kerentanan pada aplikasi.
Sejalan dengan hal itu, perusahaan dan pengembang juga perlu menguasai keseimbangan antara pengalaman pengguna dan keamanan. Dari tahun ke tahun, persyaratan kata sandi (password) menjadi semakin ketat, dengan otentikasi multifaktor yang kian banyak diimplementasikan pada berbagai sistem.
Keamanan seharusnya tidak lagi menempatkan beban kepercayaan pada pengguna. Jika Anda sebagai penyedia aplikasi ingin mendapatkan kepercayaan dari pengguna, perbarui model kepercayaan Anda sebelum pelanggan dan pemerintah yang melakukannya.
Di sisi lain, pengguna memang harus rela bersusah payah untuk membaca syarat dan ketentuan menggunakan, memvalidasi layanan, dan memverifikasi jumlah kontrol yang mereka delegasikan kepada aplikasi sebelum benar-benar mengklik "setuju". Jika suatu aplikasi meminta hak untuk mangatur perangkat, pengguna harus mempertimbangkan sebelum memberikan izin.
Ide yang bagus juga untuk mematikan pembaruan (update) otomatis dan menghindari menekan "perbarui semua" karena pembaruan kadang-kadang bersiko tinggi, terutama ketika membawa bug. Baca catatan di setiap pembaruan aplikasi yang diberikan untuk melihat seberapa besar dampak perbaikannya sebelum Anda memperbaruinya.
Bahkan, bila memungkinkan cari tahu dulu di web untuk melihat apakah versi terbaru aplikasi memiliki masalah signifikan yang dapat mengganggu Anda atau perusahaan Anda. Intinya, Anda dapat menyukai aplikasi-aplikasi yang Anda gunakan, tapi bukan tanpa syarat.
* Penulis adalah Country Manager, Indonesia, F5 Networks
Simak Video "Dentastix, Aplikasi Foto Khusus untuk Anjing"
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fyk)
from inet.detik https://ift.tt/2O9K675
via IFTTT
Demikianlah Artikel Mencintai Aplikasi Apakah Berarti Mempercayainya?
Anda sekarang membaca artikel Mencintai Aplikasi Apakah Berarti Mempercayainya? dengan alamat link https://berita-sekarang-indo.blogspot.com/2019/09/mencintai-aplikasi-apakah-berarti.html
0 Response to "Mencintai Aplikasi Apakah Berarti Mempercayainya?"
Post a Comment