Raksasa WhatsApp Ternyata Hasil Keisengan Dua Sobat Pengangguran

Raksasa WhatsApp Ternyata Hasil Keisengan Dua Sobat Pengangguran - Hallo sahabat Berita Terkini Indonesia, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Raksasa WhatsApp Ternyata Hasil Keisengan Dua Sobat Pengangguran, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel apa, Artikel bagaimana, Artikel di mana, Artikel IFTTT, Artikel inet.detik, Artikel kenapa, Artikel siapa, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Raksasa WhatsApp Ternyata Hasil Keisengan Dua Sobat Pengangguran
link : Raksasa WhatsApp Ternyata Hasil Keisengan Dua Sobat Pengangguran

Baca juga


Raksasa WhatsApp Ternyata Hasil Keisengan Dua Sobat Pengangguran

Jakarta - WhatsApp tak terbendung sebagai layanan messaging paling banyak dipakai.Ada 1 miliar pengguna aktif tiap hari. Data per bulan malah lebih tinggi lagi. Dilaporkan kalau rata-rata ada 1,3 miliar pengguna yang aktif menggunakan WhatsApp tiap bulan. Informasi lain, pesan yang dikirim pengguna WhatsApp tiap hari mencapai 55 miliar.

Balik ke belakang, mungkin tak ada yang menyangka WhatsApp sebesar sekarang. Didirikan tahun 2009 oleh duet Jan Koum dan Brian Acton, WhatsApp kala itu dipandang sebelah mata di tengah dominasi BlackBerry Messenger atau BBM.

Jan Koum adalah imigran asal Ukraina yang imigrasi ke Amerika Serikat dan hidupnya sempat menderita. Ibunya bekerja sebagai pengasuh bayi dan Koum kadang menyapu toko untuk mendapat upah.

Begitu miskinnya mereka sehingga harus hidup dengan makanan subsidi pemerintah. Mereka tinggal di apartemen dengan dua kamar tidur yang juga dibiayai pemerintah AS. Cobaan kembali datang setelah ibu Koum didiagnosa menderita kanker. Sang ibu akhirnya meninggal dunia di tahun 2000.

Persahabatan dengan Brian Acton

Koum sejak remaja sudah bisa berbahasa Inggris dengan baik sehingga memudahkannya sekolah di AS. Namun mungkin karena kurang bisa menyesuaikan diri, dia dikenal sebagai anak nakal dan sering terlibat perkelahian. Posturnya yang tinggi besar membantunya mempertahankan diri.

Meski bandel, Koum adalah bocah pintar. Pada usia 18 tahun, dia belajar networking komputer secara otodidak. Dia juga bergabung dengan klub hacker berjuluk w00w00. Lulus SMA, Koum diterima di San Jose State University. Sambil kuliah, dia bekerja sambilan di beberapa tempat, antara lain sebagai pengujicoba sistem sekuriti di Ernst & Young.

Tahun 1997, dia bertemu dengan Brian Acton yang kala itu pegawai Yahoo. Keduanya menjadi teman akrab. Koum iseng melamar kerja ke Yahoo dan dia diterima sebagai teknisi infrastruktur.

Raksasa WhatsApp Ternyata Hasil Keisengan Dua Sobat PengangguranFoto: istimewa

Setelah ibunya meninggal di tahun 2000, Koum menjadi yatim piatu. Koum pun merasa kesepian. Beruntung, ia terus didukung oleh Acton. Mereka sudah menjadi sahabat karib. "Dia sering mengundangku ke rumahnya," kata Koum. Mereka sering melakukan aktivitas bersama-sama.

Bersama sama pula Koum dan Acton menyaksikan jatuh bangun Yahoo, tempat mereka bekerja. Acton sempat pula berinvestasi di perusahaan internet pada tahun 2000-an, namun menuai kegagalan dan rugi besar.

September 2007 dengan berbagai pertimbangan, Koum dan Acton sepakat meninggalkan Yahoo. Selama setahun, mereka bersenang senang dan berwisata ke Amerika Selatan.

Kemudian keduanya melamar kerja di Facebook. Sayang sekali, keduanya menerima penolakan. Padahal suatu hari nanti, produk mereka begitu diminati Facebook dan dibeli triliunan rupiah.

Pengangguran Menciptakan WhatsApp

Kedua sahabat itu luntang luntung tanpa pekerjaan. Nah, pada Januari 2009, Koum membeli iPhone. Ia kemudian menyadari toko aplikasi App Store akan menjadi bisnis yang besar. Mendadak ia punya ide menarik.

Suatu hari, dia ikut berkumpul di kediaman pria bernama Alex Fishman, di mana tiap minggu, komunitas orang Rusia berkumpul di sana. Koum mengobrol soal ide mentahnya mengenai cikal bakal WhatsApp.

"Jan menunjukkan padaku buku alamat kontaknya di telepon. Dia pikir akan keren jika bisa memiliki status di samping nama individu," kata Fishman. Status itu akan menunjukkan apakah individu itu sedang sibuk, baterainya hampir habis atau sedang berada dalam gim.

Koum kemudian menemukan nama program tersebut, yaitu WhatsApp yang terdengar familiar seperti kalimat whats up. Seminggu kemudian pada 24 Februari 2009, Koum mendirikan perusahaan WhatsApp Inc di California. Aplikasi itu sejatinya belum dibuat, namun dia nekat jalan terus.

Koum hampir saja berhenti di tengah jalan dan berniat mencari pekerjaan saja. Namun Acton mencegahnya, ia melihat potensi besar WhatsApp. "Kamu idiot jika berhenti sekarang. Berikan waktu beberapa bulan lagi," kata Acton ketika itu.

Koum pun jalan terus meski ragu-ragu. Pertolongan kemudian datang dari Apple yang meluncurkan push notifications di Junia 2009. Fitur ini memungkinkan Koum memodifikasi WhatsApp sehingga setiap kali pengguna mengubah status, otomatis mengabarkan pada setiap orang di jaringan.

"WhatsApp kemudian menjadi instant messaging," kata Fishman. Jan menyadari ia telah menciptakan WhatsApp sebagai instant messaging baru dari sebelumnya hanya ditujukan sebagai aplikasi untuk update status di kontak.

Begitulah sisanya adalah sejarah. WhatsApp terus menanjak pamornya dan akhirnya dibeli Facebook senilai USD 19 miliar. Kedua sahabat itu pun jadi kaya raya dan terkenal. (fyk/fyk)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://ift.tt/2f3KvZb
via IFTTT


Demikianlah Artikel Raksasa WhatsApp Ternyata Hasil Keisengan Dua Sobat Pengangguran

Sekianlah artikel Raksasa WhatsApp Ternyata Hasil Keisengan Dua Sobat Pengangguran kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Raksasa WhatsApp Ternyata Hasil Keisengan Dua Sobat Pengangguran dengan alamat link https://berita-sekarang-indo.blogspot.com/2017/07/raksasa-whatsapp-ternyata-hasil.html

0 Response to "Raksasa WhatsApp Ternyata Hasil Keisengan Dua Sobat Pengangguran"

Post a Comment