Negara Antariksa Asgardia, Antara Mimpi dan Realita

Negara Antariksa Asgardia, Antara Mimpi dan Realita - Hallo sahabat Berita Terkini Indonesia, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Negara Antariksa Asgardia, Antara Mimpi dan Realita, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel apa, Artikel bagaimana, Artikel di mana, Artikel IFTTT, Artikel inet.detik, Artikel kenapa, Artikel siapa, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Negara Antariksa Asgardia, Antara Mimpi dan Realita
link : Negara Antariksa Asgardia, Antara Mimpi dan Realita

Baca juga


Negara Antariksa Asgardia, Antara Mimpi dan Realita

Jakarta - Leonardo da Vinci pernah mengimpikan manusia akan bisa terbang seperti burung. Namun sampai wafatnya di tahun 1519, ia tidak sempat melihat impiannya menjadi kenyataan.

Impian Leonardo da Vinci terwujud di tahun 1919 dimana KLM menjadi salah satu perusahaan penerbangan komersial pertama yang menerbangkan manusia dari satu tempat ke tempat lain.

Jika Leonardo da Vinci yang memiliki cukup latar belakang seperti perkiraan, dasar ilmiah dan didukung oleh bakat menggambar tentang bagaimana kira-kira manusia bisa terbang pada saat itu membuka pendaftaran, dan Anda adalah salah satu yang mendaftarkan diri untuk menikmati penerbangan pertama, maka kira-kira butuh waktu sekitar 400 tahun untuk merealisasikan pendaftaran tersebut menjadi suatu kenyataan.

Dengan catatan pula, Anda masih harus membayar penerbangan tersebut dan Anda masih hidup saat penerbangan tersebut tersedia.

Hal yang mirip sedang terjadi hari ini di mana ada organisasi yang mengikrarkan untuk mendirikan negara baru di ruang angkasa dengan nama Asgardia yang didirikan oleh ilmuan Rusia Igor Ashurbeyli dan mulai membuka pendaftaran untuk penduduk baru.

Pendaftaran tidak dipungut biaya, dan kontan dalam waktu singkat mendapatkan minat dari ratusan ribu peminat di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Warga Indonesia di AsgardiaWarga Indonesia di Asgardia

Komunikasi dan Eksekusi pemasaran Era Web yang Mumpuni

Keinginan mendirikan negara antariksa ini dijalankan dengan cukup serius dan terorganisir. Igor melakukan beberapa usaha untuk menunjukkan keseriusannya dalam mewujudkan Asgardia, seperti:

• Background Igor di bidang antariksa yang kuat dimana ia sempat menjadi pimpinan komite UNESCO Science of Space.

• Membuat situs asgardia,space yang memiliki tampilan yang memukau dengan desain yang sangat menarik, orang awam yang melihat situs ini akan terkesima dan percaya.

• Memiliki konsep yang cukup kuat dengan dukungan tim hukum yang cukup mengerti bagaimana mendirikan suatu negara dan apa saja syaratnya yang harus dipenuhi untuk mendirikan negara. Justru salah satu syarat mendirikan negara adalah memiliki penduduk dalam jumlah banyak dan dengan cerdik sarana internet dimanfaatkan oleh Asgardia untuk mendapatkan 'penduduk'.

• Memiliki rencana riil untuk membuktikan keseriusan Asgardia yang akan meluncurkan satelit seberat sekitar 2.8 kg di bulan September 2017 yang akan diikuti oleh peluncuran satelit lainnya.

• Memberikan persyaratan mudah dan gratis bagi siapapun yang ingin bergabung menjadi penduduk Asgardia dan seabrek program menarik lainnya yang berhubungan dengan Asgardia sebagai negara antariksa.

Negara Antariksa Asgardia, Antara Mimpi dan RealitaAsgardia, the Space Nation

Antara Kenyataan dan Impian

Sebenarnya, selain Igor sudah ada banyak tokoh internasional yang memiliki minat mendalam terhadap ruang angkasa seperti Elon Musk dengan Space X dan keinginannya mengkolonisasi planet Mars, Richard Branson dengan Virgin Galactic dan Jeff Bezos dengan Blue Originnya.

Mengeksplorasi angkasa mudah diucapkan tetapi sangat sulit dilakukan. Jangankan oleh Igor yang disebut-sebut sebagai jutawan, Elon Musk, Richard Branson dan Jeff Bezos bisa dipastikan memiliki kemampuan manajemen, teknologi dan dukungan finansial jauh di atas rata-rata pengusaha dunia--menurut data Fortune 500--dan dengan latar belakang seperti itu saja mereka tidak mampu mewujudkan keinginannya mengeksplorasi angkasa dengan mudah dan mengalami banyak kegagalan.

Karena selain dibutuhkan dukungan dana yang sangat kuat dan teknologi yang mumpuni juga terkandung resiko yang besar sebagai pionir. Saat ini hanya SpaceX yang memiliki pencapaian tertinggi dimana mereka menjadi satu-satunya pihak swasta yang mampu meluncurkan satelit ke orbit dengan roket daur ulang pada 30 Maret 2017.

Pencapaian ini bukan tanpa pengorbanan, mereka mengalami dua kali roket yang meledak di bulan Juli 2015 yang membawa bahan riset NASA dan di September 2016 roket yang membawa satelit Facebook juga meledak di anjungan luncur.

Lain lagi nasib yang dialami oleh Virgin Galactic dimana mereka bahkan tidak pernah melewati jarak lebih dari 13 mil di atas permukaan bumi, malahan pada tahun 2014 pesawat test yang digunakan meledak dan menewaskan kopilot sehingga menunda aktivitas Virgin Galactic.

Dibandingkan SpaceX, Virgin Galactic dan Blue Origin, Asgardia hanya berencana mengirimkan satelit kecil seberat lebih kurang 3 kg ke orbit pada bulan September 2017.

Mengirimkan Manusia ke Orbit Bumi

Mengirimkan manusia ke orbit bumi adalah sesuatu hal yang mudah dikatakan tetapi sangat sulit dilaksanakan. Sebagai gambaran, untuk mengirimkan satelit ke orbit bumi roket harus melawan gravitasi dan menempuh jarak minimal 320 km tegak lurus dari permukaan bumi.

Sebagai gambaran, biaya untuk mengirimkan satu orang manusia saat ini ke orbit adalah USD 20 juta atau sekitar Rp 270 miliar untuk perjalanan delapan hari.

Katakanlah biaya termurah USD 250.000 yang dikenakan Virgin Galactic --yang gagal terbang-- bisa berlaku, itupun masih terlalu mahal dan hanya beberapa orang super kaya dan selebriti kurang kerjaan seperti Justin Bieber dan Ashton Kutcher yang berminat dan mampu membayar. Lalu ada yang memberikan secara gratis secara masif, dan ada yang percaya pula.

Elon Musk, pemilik SpaceX, yang sukses meluncurkan satu dua roket ke orbit bumi saja sangat berhati-hati dengan pendanaannya dan menggandeng NASA untuk membiayai aktivitas antariksanya karena dana yang dibutuhkan untuk eksplorasi antariksa memang super jumbo dan resiko gagal sangat tinggi.

Selama ini hanya pemerintahan negara besar dan kaya yang mampu membiayai aktivitas antariksa. Itupun dengan resiko nyawa astronot menjadi taruhan jika terjadi kegagalan/kesalahan kecil pada roket.

Teknik Pemasaran yang Cerdik

Bila para warga dunia banyak yang mendaftarkan dirinya menjadi penduduk Asgardia, hal ini dapat dimengerti karena teknik marketing luar biasa kreatif yang digunakan oleh pembuat situs Asgardia ini.

Lalu, apakah Asgardia dapat disejajarkan dengan Virgin Galactic, Blue Origin atau SpaceX? Atau, relevankah membandingkan Igor Ashurbeyli dapat dengan Richard Branson, Jeff Bezos dan Elon Musk sebagai pelaku aktivitas antariksa?

Jawabannya mungkin akan sedikit mengejutkan dan mengecewakan Anda.

Sekali lagi, satu hal yang paling patut dikagumi dari Asgardia adalah kemampuan dan kreativitas marketingnya yang luar biasa tinggi dimana ia mampu membungkus issue yang asing bagi orang awam namun menarik, penjelajahan antariksa.

Dengan tema teknologi antariksa yang sangat dikuasainya Igor jelas akan membuat orang awam planga-plongo menelan semua informasi yang dijejalkan.

Tidak cukup tema teknologi, dengan cerdik ia mengangkat tema mendirikan negara baru dan hebatnya warga negara dari negara manapun bisa menjadi anggota negara baru ini. Siapa di dunia ini yang masih hidup dan pernah mendirikan negara baru? Donald Trump saja mungkin belum kepikiran sampai ke situ.

Menurut analisa saya, secara bisnis, Igor Ashurbeyli lebih tepat dibandingkan dengan Mark Zuckerberg daripada dengan SpaceX-nya Elon Musk. Namun, dari sisi ukuran bisnis, tentu membandingkan Facebook dengan Asgardia jauh sekali, 500.000 user dibandingkan satu miliar user.

Kesamaan Asgardia dengan Facebook adalah setiap warga negara manapun bisa menjadi warga negara Facebook atau warga negara Asgardia. Bedanya adalah, Asgardia menggunakan tema antariksa dan membuat negara baru untuk menarik dan mengelola situsnya.

Form registrasi AsgardiaForm registrasi Asgardia

Kalau Anda masih juga belum percaya, silahkan lihat Term of Service --yang biasanya dilewatkan dan diklik [I Agree] saja-- pada situs Asgardia, dimana salah satunya malah membahas pemanfaatan situs ini untuk kegiatan shopping online (lihat gambar 1).

Gambar 1: Term of Service AsgardiaGambar 1: Term of Service Asgardia

Lalu kalau ada yang bertanya, bagaimana dengan satelit yang diluncurkan bulan September 2017 berisi data anda yang dikirimkan ke ruang angkasa (lihat gambar 2). Apakah Asgardia berbohong?
Gambar 2: Kirim data Anda ke ruang angkasa menjadi gimmick marketing AsgardiaGambar 2: Kirim data Anda ke ruang angkasa menjadi gimmick marketing Asgardia

Data anda sebesar 500 KB dari 100.000 Asgardian benar-benar akan dikirimkan ke ruang angkasa ditambah data sebesar 200 KB dari 400.000 Asgardian yang berikutnya.

Jika ditotal, data yang dikirimkan adalah sekitar 130 GB yang tinggal dikopikan ke dalam 1 SSD seharga Rp 1,5 juta yang dapat dibeli di Tokopedia. Adapun biaya mengirimkan paket ke antariksa per kg adalah sekitar USD 5.000.

Maka, biaya mengirimkan SSD data beserta 'nano satelit' seberat 3 kg sekitar USD 5.000 X 3 = USD 15.000. Dan abrakadabra, Asgardia sudah memenuhi janjinya.

Sebagai hadiahnya, 500.000 pengguna internet bergabung menjadi 'penduduk' Asgardia. Atau lebih tepatnya, bergabung dalam media sosial Asgardia yang dikemas dengan tema kehidupan dan pemerintahan antariksa.

Dengan mengambil ARPU atau Average Revenue Per User terendah USD 1.53, misalnya seperti LinkedIn, maka revenue potensial yang didapatkan oleh Asgardia adalah USD 765.000.

Jelas sangat menguntungkan dari sisi bisnis.

Lalu apa tujuan mengirimkan data ke orbit satelit? Setidaknya Anda bisa bilang: "foto saya ada di orbit satelit, lho, foto kamu ada tidak?"

Faktor Positif Asgardia

Ambil positifnya, apapun yang dilakukan dengan sangat serius, akan memberikan hasil yang baik. Lihat contoh seperti Asgardia yang tidak nyata sekalipun, namun dikelola dan dikomunikasikan dengan sangat baik. Nyatanya bisa menarik minat ratusan tibu pendaftar dan menjadi perhatian publik.

Jika database dikelola dengan profesional dan tidak disalahgunakan, maka diperkirakan Asgardia akan menjelma menjadi media sosial seperti Facebook tetapi dengan tema kehidupan antariksa yang kental.

Positifnya hal ini bisa menimbulkan minat tinggi pada dunia antariksa dan bisa bermanfaat untuk perkembangan teknologi dan pengetahuan antariksa di masa depan.

Jika database disalahgunakan, maka Anda yang pernah mendaftarkan diri harap berhati-hati karena database yang masif merupakan harta karun pada era digital ini dan dengan mudah disalahgunakan untuk mendapatkan keuntungan finansial seperti menyebarkan bot, malware, spam atau menipu korbannya dengan money game/ponzi.

Kalau setelah membaca artikel ini Anda masih percaya Asgardia akan menyelamatkan bumi dari serangan benda antariksa dengan membangun kubah perisai yang melindungi bumi, rasanya penulis pernah melihat hal ini terjadi.. di film Voltus.

Penulis, Alfons Tanujaya, praktisi keamanan internet dari Vaksincom.(rou/rou)

Let's block ads! (Why?)



from inet.detik http://ift.tt/2w4PFrX
via IFTTT


Demikianlah Artikel Negara Antariksa Asgardia, Antara Mimpi dan Realita

Sekianlah artikel Negara Antariksa Asgardia, Antara Mimpi dan Realita kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Negara Antariksa Asgardia, Antara Mimpi dan Realita dengan alamat link https://berita-sekarang-indo.blogspot.com/2017/08/negara-antariksa-asgardia-antara-mimpi.html

0 Response to "Negara Antariksa Asgardia, Antara Mimpi dan Realita"

Post a Comment